KORANMANDALA.COM – Sejarah monkeypox bukanlah hal baru, pertama kali kasus monkeypox ditemukan pada koloni kera penelitian pada tahun 1958.
Hingga tanggal 13 Juni 2022, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) melaporkan 1.678 kasus konfirmasi dari 35 negara.
Penyebab cacar monyet adalah virus monkeypox, yang termasuk dalam kategori Orthopoxvirus. Virus ini awalnya menular dari hewan ke manusia melalui gigitan atau cakaran hewan, seperti tupai, monyet, atau tikus yang terinfeksi virus monkeypox.
Penyebaran cacar monyet di antara manusia terjadi melalui percikan liur yang bisa masuk melalui mata, mulut, hidung, atau luka di kulit.
Baca Juga :
Penularan juga bisa terjadi melalui benda-benda yang terkontaminasi, seperti pakaian yang digunakan oleh penderita.
Namun, penularan dari manusia ke manusia memerlukan kontak yang berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
Walaupun bisa ditularkan melalui droplet/aerogen, cara penularan yang pasti masih belum diketahui.
Baca Juga :
Saat ini, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat merekomendasikan peringatan perjalanan dari level 1 (satu) naik menjadi level 2 (dua), yang berarti cacar monyet menjadi penyakit kedua yang harus diwaspadai setelah Covid-19.
Gejala Cacar Monyet
Dalam siaran langsung di IG oleh nakita.id pada Selasa, 14 Juni 2022, dr. Nanny Shoraya, Sp.KK, FINSDV, FAADV menjelaskan gejala yang dialami penderita cacar monyet.
Masa inkubasi bisa berlangsung selama 6 hingga 21 hari dan terdapat dua fase, yaitu fase prodromal dan fase erupsi.
Baca Juga :
- Pada fase prodromal, gejala mencakup demam, sakit kepala, lemas, nyeri pada punggung atau otot, serta pembengkakan kelenjar getah bening yang ditandai dengan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan.