KORANMANDALA.COM – Fenomena Solar Storm atau badai matahari akhir tahun 2023 sebenarnya sudah terkuak sejak 2017.
Badai ini ditandai dengan lonjakan pelepasan energi matahari melalui titik-titik tertentu karena terjadinya gangguan magnetik.
Lantas apa itu badai matahari? Bagaimana dampaknya bagi bumi dan manusia?
Simak penjelasannya di sini.
Pengertian Badai Matahari
Bagi yang kurang familiar, badai matahari sering dianggap sebagai kejadian yang sangat langka dan luar biasa.
Baca Juga : Ini Efeknya Terpapar Sinar Matahari Terlalu Ekstrem, Berikut Tips Pencegahannya
Namun, kenyataannya tidak demikian. Matahari mengikuti siklus yang berlangsung sekitar 11 tahun, dimulai dari periode aktivitas rendah yang disebut Solar Minimum, hingga periode peningkatan aktivitas yang disebut Solar Maximum.
Badai matahari digambarkan sebagai ledakan dari matahari yang memancarkan energi yang sampai ke bumi.
Dikutip Koran Mandala dari laman spaceweather, fenomena ini akan terjadi pada akhir tahun 2023 dan mencapai puncaknya pada tahun 2025.
Pada periode solar maksimum, terjadi peningkatan Bintik Matahari (sunspot), yaitu titik gelap di permukaan matahari yang disebabkan oleh garis medan magnet yang menembus permukaan matahari.
Karena matahari bukan objek padat seperti bumi, berbagai bagian dari matahari berputar dengan kecepatan yang berbeda, menyebabkan kacau balau dalam garis medan magnetnya dan kadang-kadang membentuk Solar Flare (Lidah api matahari) yang terkadang disertai dengan Coronal Mass Ejection (CME) atau dikenal sebagai lontaran massa korona.
Thomas Djamaluddin, seorang astrofisikawan dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), menjelaskan bahwa badai ini dapat mengganggu sistem telekomunikasi, navigasi, fungsi satelit, dan sistem perbankan.
Dampak
Penting untuk dicatat bahwa hal ini tidak sampai pada tingkat bencana atau kiamat.
Meski terdengar mengerikan, namun perlu diingat bumi berlapis ‘pelindung’.