KORANMANDALA.COM – Meskipun minuman berenergi dapat memberikan perasaan segar dan berenergi, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa konsumsi berlebihan pada usia muda dapat berdampak negatif pada kesehatan mental.
Studi ini menemukan bahwa remaja yang mengonsumsi minuman berenergi dalam jumlah banyak memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah kesehatan mental seperti kecemasan, stres, depresi, dan pemikiran ingin bunuh diri.
Hasil studi ini juga mencatat bahwa tingginya konsumsi minuman berenergi berkaitan dengan peningkatan kemungkinan terlibat dalam perilaku berisiko, seperti penyalahgunaan narkoba, tindakan kekerasan, dan hubungan seksual yang tidak aman.
Individu yang mengonsumsi minuman berenergi secara berlebihan juga cenderung menghadapi risiko performa akademis yang rendah, masalah tidur, dan kebiasaan pola makan yang tidak sehat.
Meski minuman berenergi dipasarkan kepada anak muda sebagai cara untuk meningkatkan energi dan performa, temuan studi menunjukkan bahwa dampak negatif dari konsumsi minuman tersebut lebih besar dibandingkan dengan manfaatnya.
Selain berdampak pada kesehatan mental, konsumsi berlebihan minuman berenergi juga memiliki konsekuensi terhadap kesehatan fisik.
Setiap kaleng minuman berenergi bisa mengandung kafein setara dengan empat gelas espresso, dan kandungan gula yang tinggi, mencapai belasan sendok teh gula.
Beberapa negara, seperti Lithuania dan Latvia, telah menerapkan larangan penjualan minuman berenergi kepada individu di bawah 18 tahun.
Sementara itu, Turkiye melarang penjualan minuman berenergi kepada anak dan remaja sejak tahun 2018. Di Inggris, usaha untuk melarang penjualan minuman berenergi kepada anak di bawah usia 16 tahun masih dalam perjuangan.
Temuan terbaru dari peneliti Teesside University dan Newcastle University diharapkan dapat memperkuat argumen untuk mendukung penerapan larangan tersebut, seiring dengan pandangan bahwa minuman berenergi dapat membahayakan kesehatan fisik dan mental anak-anak dan remaja dalam jangka pendek maupun jangka panjang.- ***