KORANMANDALA.COM – Ajaran Tiongkok kuno menyebutkan keberuntungan akan datang ke sebuah rumah jika jika penghuninya menjauhi tiga jangan berikut.
Sebaliknya, jika tiga jangan yang akan diuraikan di bawah ini selalu dilakukan oleh penghuni rumah, baik sadar atau tidak, keberuntungan akan menjauh.
Ajaran tersebut, konon, masih dipegang teguh oleh masyarakat Tiongkok yang masih tetap percaya pada ajaran leluhurnya.
Mereka menemukan bukti bahwa menghindari tiga jangan tersebut telah membuat aura rumah menjadi sangat positif.
Apa saja tiga jangan tersebut?
Dikutip dari beberapa sumber, tiga jangan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Jangan marah
Ajaran Tiongkok kuno menyebutkan untuk mendatangkan keberuntungan dan kebaikan di rumah, hindari marah.
Tak disangkal, yang namanya kehidupan keluarga, marah itu tidak bisa dihindari, baik marah dengan “ukuran” besar, maupun kecil.
Itu memang wajar.
Nah menurut kepercayaan Tiongkok lama, sekecil apapun marah dari seorang penghuni rumah, akan membuat rejeki malas masuk dan akan cepat hilang jika sudah ada.
“Satu kemarahan yang tidak masuk akal akan menghancurkan sebuah keluarga,” demikian kepercayaan mereka.
Jadi jika Anda ingin keluarga Anda beruntung, ingatlah untuk tidak marah.
2.Jangan mengeluh
Mengeluh dan menyalahkan adalah perilaku yang paling merusak secara emosional dalam hubungan keluarga.
Luka fisik bisa disembuhkan cepat atau lambat, tapi begitu hati terluka, sulit untuk diperbaiki.
Keberuntungan keluarga yang baik harus dimulai dari keharmonisan dan hindari mengeluh.
Misalnya, orang tua tidak boleh selalu mengeluh bahwa anaknya tidak belajar dengan baik, dan istri tidak boleh mengeluh. bahwa penghasilan suaminya tidak cukup, dan suami tidak boleh mengeluh istrinya kurang berbudi luhur.
Selama tidak ada keluhan dalam sebuah keluarga maka akan penuh canda tawa dan kebahagiaan.
3.Jangan serakah
Menurut kepercayaan kuno, keserakahan manusia tidak lebih dari minuman keras, seks, dan kekayaan.
Jika sebuah keluarga mempunyai anak yang suka bermain-main, istri yang rakus uang, dan suami yang penuh nafsu, maka keluarga tersebut ditakdirkan berakhir dengan istri dan anak yang terpisah.
Catat, bahwa kebahagiaan sebuah keluarga tidak bergantung pada seberapa banyak anggur, seks, dan kekayaan yang dapat dinikmati, tetapi berasal dari kekayaan batin.
Terakhir, rejeki suatu keluarga itu baik atau tidak, kuncinya terletak pada nilai-nilai yang benar dan bebas dari amarah, dendam, dan nafsu. (ape)***