KORANMANDALA.COM – Kabut di sepanjang perjalanan semakin menebal seiring dataran yang semakin meninggi. Jalan terus menanjak, pertanda kita memasuki kawasan Desa Wisata Nglinggo, Kulon Progo, Yogyakarta.
Sejarah Desa Wisata Nglingo terkait erat dengan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan Belanda di Perbukitan Menoreh. Legenda turun-temurun menceritakan tentang tiga prajurit yang menyusun strategi dekat Desa Nglinggo, yaitu Ki Linggo Manik, Ki Dalem Tanu, dan Ki Gagak Roban.
Nama Ki Linggo Manik diabadikan sebagai nama desa, yang sekarang menjadi destinasi wisata yang memukau. Salah satu daya tariknya adalah Kebun Teh Nglinggo di ujung barat pedukuhan, dengan tanaman teh Camellia sinensis yang menakjubkan.
Saat kabut menghilang, teras-teras perbukitan dipenuhi oleh tanaman teh yang seperti undakan tertutup hijau. Udara dingin berganti dengan udara sejuk pegunungan, menciptakan suasana yang menyenangkan.
Trekking di antara tanaman teh, menjelajahi kawasan kebun teh dengan off-road, atau sekadar menikmati pemandangan, semuanya merupakan pilihan aktivitas wisata di sini.
Ada pula trekking menuju puncak di sisi barat, yang menawarkan panorama yang memikat, meskipun perjalanan menuju puncak membutuhkan usaha ekstra karena tanjakan yang cukup curam.
Selain puncak bukit di sisi barat, terdapat juga dua puncak lain di sisi utara, yaitu Puncak Dempok dan Puncak Kendeng, yang menawarkan pemandangan indah dari ketinggian. Keduanya terletak di Gunung Kukusan, dekat dengan Kebun Teh Nglinggo.
Puncak Kendeng memiliki petilasan batu yang dipercaya sebagai makam Pangeran Kendeng, kerabat Pangeran Diponegoro, yang memberikan nama pada puncak tersebut.
Berbeda dengan pemandangan kebun teh di sisi barat, Puncak Dempok dan Puncak Kendeng menampilkan panorama delapan gunung di Jogja dan Jawa Tengah serta menjadi tempat favorit untuk menikmati sunrise.
Para pengunjung rela menginap di homestay atau berkemah di kawasan tersebut demi melihat keindahan matahari terbit di langit timur.- ***