KORANMANDALA.COM – Tiap kali berkunjung ke objek wista, oleh-oleh menjadi pilihan untuk dibawa pulang. Beli barang di tempat tujuan wisata menjadi salah satu kegiatan yang tak boleh diskip saat sedang liburan ke berbagai destinasi Pariwisata.
Jika berkunjung ke Provinsi Maluku, tepatnya di Pulau Saparua, oleh-oleh khas daerah itu adalah gula aren Saparua.
Gula aren Saparua berasal dari Tuhaha, sebuah desa adat di kecamatan Saparua Timur, Kabupaten Maluku Tengah.
Tuhaha juga merupakan kampung halaman Ruth Sahanaya, seorang diva Indonesia.
Menurut cerita turun-temurun, produksi gula ini dimulai pada tahun 1900-an karena kebutuhan gula masyarakat Tuhaha. Masyarakat menggunakan pohon aren, yang dikenal sebagai pohon mayang di Tuhaha, sebagai sumber utama untuk membuat gula.
Aren atau enau (Arenga pinnata) merupakan tanaman palma penting setelah kelapa karena memiliki banyak manfaat, seperti buah kolang-kaling yang dapat dimakan, daun yang cocok untuk atap, dan nira yang digunakan untuk membuat gula.
Produksi Gula Saparua dimulai sejak tahun 1900-an untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat Tuhaha.
Selain digunakan untuk membuat gula, nira pohon aren juga dapat diolah menjadi minuman ringan seperti tuak dan cuka.
Namun, produksi cuka dari pohon aren telah berkurang karena digantikan oleh cuka buatan pabrik.
Nira diperoleh dengan menyadap tangkai bunga jantan pada pohon aren yang subur dan berusia 10-20 tahun, menghasilkan sekitar 10-15 liter nira perhari.
Nira yang telah dipanen harus disaring untuk menghilangkan kotoran atau serangga, kemudian dimasak merata dalam wajan dengan api terus-menerus.