KORANMANDALA.COM – Bilamana kita ingin mengetahui tentang potensi wilayah Indonesia tidak harus berkeliling ke tiap Provinsi, tetapi datang saja ke Taman Miniatur Indonesia Indah (TMII) Jakarta.
Kita dalam tempo singkat pun sudah bisa mengetahui keberadaan dan potensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Taman Miniatur Indonesia Indah (TMII) dikenal sebagai salah satu tujuan wisata sejarah yang terdapat di negeri ini. Selain Anjungan tiap Provinsi dan museum mini, seperti Museum Departemen Penerangan, Art Gallery dan museum lainnya juga ada monumen bernilai sejarah, diantaranya Monumen Api Pancasila yang menjulang tinggi dan Prasasti “Supersemar”.
Pengunjung atau wisatawan domestik dan mancanegara yang berwisata ke TMII disarankan singgah sejenak untuk melihat “tugu bisu” berupa Prasasti “Supersemar”.
Seperti diketahui bahwa, Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret) adalah sebuah dokumen penting dalam sejarah Indonesia yang dikeluarkan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 11 Maret 1966.
Dokumen ini memberikan kekuasaan yang luas kepada Jenderal Soeharto untuk mengambil tindakan apapun yang dianggap perlu untuk menstabilkan situasi politik di negeri tercinta NKRI.
Lahirnya Supersemar ini tiada lain untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan kelancaran jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris M.P.R.S.8 Mar 2023.
Kala itu dalam situasi “Indonesia darurat”,
Presiden Soekarno mengeluarkan surat perintah kepada Letjen Soeharto pada 11 Maret 1966 untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu dalam rangka memulihkan keamanan dan kewibawaan pemerintah.
Kemudian surat perintah tersebut dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret atau Supersemar.
Kronologis Surat Perintah Sebelas Maret tersebut tiba di Jakarta pada tanggal 12 Maret 1966 pukul 01.00 waktu setempat yang dibawa oleh Sekretaris Markas Besar AD Brigjen Budiono. Hal tersebut berdasarkan penuturan Sudharmono, di mana saat itu ia menerima telpon dari Mayjend Sutjipto, Ketua G-5 KOTI, 11 Maret 1966.
Untuk mengenal lebih jauh Supersemar bagi kalangan pelajar, mahasiswa maupun masyarakat luas, bisa melihat dari dekat sekilas tentang perjalanan lahirnya Supersemar, yang diabadikan dengan monumen bisu atau prasasti Supersemar tersebut di TMII Jakarta.- *** wawan jr