Selain suara bedug, biasanya ada beragam alat musik tradisional seperti genta, rebana, dan genjring sebagai pengiring lagu Betawi. Dalam perkembangannya, ada pula yang membunyikan petasan dan membawa ondel-ondel.
Di Karawang, Jawa Barat, terdapat “tradisi ubrug-ubrug”. Keunikan dari tradisi ini adalah adanya sinden yang meramaikan rombongan pemusik.
Sinden akan berkeliling kampung bersama kelompok yang memainkan alat musik tradisional maupun modern.
Beberapa alat musik yang dipakai di antaranya kendang, organ, gitar, goong, dan beberapa alat musik lainnya.
Ada pula “tradisi dengo-dengo”, yang muncul sejak abad ke-17.
Tradisi ini bisa ditemukan di Kota Bungku, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Dengo-dengo adalah nama bangunan nonpermanen yang didirikan menjelang bulan Ramadan. Bangunan yang umumnya setinggi 15 meter ini terbuat dari batang bambu sebagai tiang penyangga, lantai dari papan kayu, dan beratapkan daun sagu.
Di dalam dengo-dengo, akan diletakkan goong, gendang, rebana, yang dijaga oleh beberapa warga.
Para pemuda biasanya yang bertugas untuk membunyikan alat-alat musik tersebut sebagai tanda waktunya sahur.
Sedangkan “tradisi bagarakan” sahur diperkirakan sudah ada sejak awal Islam masuk di daerah Banjar, Kalimantan Selatan.