KORANMANDALA.COM – Angkutan tradisional Delman yang di tarik hewan Kuda di Kota Yogyakarta sejak puluhan tahun hingga sekarang masih tetap bertahan.
Kini, di tengah transfortasi, angkutan tradisional khas Kota Yogyakarta ini menjadi daya tarik wisatawan
Mardiono (69) salah seorang kusir Delman, saat ‘ngetem’ di Jl. Malioboro Yogyakarta menuturkan tentang perjalanan suka duka dan pengalamannya selama menekuni profesinya sebagai kusir Delman.
“Angkutan tradisional Delman atau Andong ini memiliki nilai sejarah, karena sebelum maraknya kendaraan bermotor baik roda 2 maupun roda 4 dan sejenisnya, angkutan tradisional yang ditarik hewan Kuda ini memiliki peranan penting sebagai transportasi,” ujar Mardiono.
Sejak era tahun 1940 an, ketika penjajah Belanda masih menguasai Yogyakarta, angkutan Delman yang dikenal dengan nama Andong ini sudah ada sebagai alat angkutan tradisional.
“Saya sendiri mulai terjun jadi kusir Andong ketika masih remaja sekitar tahun 1980 an dengan modal membeli seekor kuda seharga Rp 20 juta. Alhamdulillah meski sekarang banyak angkutan kendaraan bermotor modern seperti Grab maupun Ojeg online, kami tetap bertahan dan terus mengalir meski penghasilan menurun drastis,” kata dia,
Ketika era tahun 1980 an, setiap hari rata-rata dapat uang Rp 25 ribu/hari.Terkadang lebih. Soal tarip sebenarnya relatif, tergantung jarak jauh atau jarak dekat. “Dari hasil tarikan setiap hari alhamdulillah bisa menghidupi anak istri dan beli pakan Kuda, “tutur Mas Mardiono.
Usaha angkutan delman ini mengalami pasang surut. Ditengah perjalanan usaha angkutan, kami harus bersaing ketat dengan ranmor Grab maupun Ojol.
Tiap hari Saya narik mulai jam 07.00 s/d dhuhur jam 12.00 an. Lumayan tiap hari dapat Rp 70 ribu sampai Rp 80 ribu. Jika lagi mujur bisa Rp 100 ribu lebih.
Dari hasil usaha, diutamakan untuk beli beras dan biaya sekolah anak, selebihnya dibelikan pakan Kuda berupa dedak dan rumput, pungkas mang Mardiono. (Wawan) ***