KORANMANDALA.COM – Haji punya banyak cerita. Banyak orang tak mampu, tapi dengan tekad yang kuat akhirnya mampu menunaikan haji. Sebaliknya, banyak orang mampu secara secara finansial tetapi belum ingin berhaji, dan justru mengalami hal yang tidak diinginkan dalam hidup.
Itulah yang dialami Musyafak Ahmad, seorang pengusaha sukses di bidang pengepulan ikan dari Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Pada tahun 1992, Musyafak dan istrinya berniat mendaftar haji karena sudah memiliki dana. Namun, mereka mempertimbangkan kebutuhan anak-anak yang masih kecil dan membutuhkan banyak biaya hidup dan pendidikan, sehingga niat tersebut mereka urungkan.
“Saya berpikir kasihan anak-anak masih kecil. Dana saya gunakan untuk biaya anak-anak dulu,” ujarnya, Selasa silam 28 Mei 2024.
Namun, setelah mengurungkan niat mendaftar haji, usahanya mulai mengalami kemunduran hingga akhirnya hancur. “Saya mencoba bangkit dengan membeli sebuah kapal, tetapi selalu rusak, bahkan sampai di titik paling bawah, untuk makan pun kami kesulitan,” kenangnya.
Menyadari cobaan yang menimpa usahanya, Musyafak berniat untuk kembali mendaftar haji dan mulai merintis usahanya dari nol. “Alhamdulillah usaha saya secara perlahan bangkit lagi, bahkan sekarang setiap 3 hari sekali bisa mensuplai ikan minimal 1 ton ke pabrik-pabrik,” ungkapnya.
Niat Musyafak pun terwujud. Pada tahun 2012, ia mendaftar haji, dan tahun ini (2024) ia dapat berangkat ke tanah suci bersama istrinya. Musyafak bersama 360 jemaah lainnya tergabung dalam kloter 65 Embarkasi Solo (SOC-65).
Kisah Musyafak memberikan pelajaran bahwa untuk mendaftar haji tidak perlu khawatir tentang biaya hidup keluarga, karena Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.- ***