KORANMANDALA.COM – Kuliner Indonesia terkenal dengan cita rasa dan rempah-rempah khasnya. Kekhasan ini sering membuat jemaah haji merindukan masakan Indonesia. Ketika perasaan rindu itu datang, pilihan jemaah biasanya langsung menuju Medina Asian Restaurant.
Rumah makan ini menawarkan masakan Padang, bakso, dan soto Betawi. Menunya tidak hanya dinikmati oleh orang Indonesia, tetapi juga oleh penduduk setempat yang sudah akrab dengan masakan Padang.
Medina Asian Restaurant berlokasi dekat Jabal Uhud, menjadikannya pilihan alternatif bagi jemaah haji yang merindukan masakan Indonesia saat menjalankan ibadah haji.
BACA JUGA: Bagi-bagi 16 AKUN FF Gratis Masih Aktif 30 Juni 2024 No Hack Evo Gun, Akun Sultan FF Litomplo
Bakso yang disajikan di restoran ini memiliki rasa yang pas dengan selera orang Indonesia.
Selain bakso, Medina Asian Restaurant juga menawarkan berbagai masakan Indonesia lainnya seperti soto Betawi, soto ayam, lontong sayur, nasi goreng, nasi campur, gado-gado, ketoprak, mie goreng, pisang goreng, dan bakwan.
Kepala chef dan pemilik Medina Asian Restaurant adalah Muhammad Sarwoni Thoyyibi, yang dikenal dengan nama Abah Umar.
Menurut Umar, setiap hari restoran ini melayani minimal 300 hingga 400 pembeli dan menghabiskan sekitar satu kuintal beras per hari, terutama saat musim haji dan umrah.
“Kami selalu menjaga kualitas masakan dan memastikan cita rasa otentik dengan menggunakan bumbu yang didatangkan langsung dari Indonesia, termasuk cabai setan segar untuk bakso,” kata Umar.
Dia menambahkan bahwa bakso di restoran ini dimasak dengan rempah-rempah dari Indonesia, dan dia lebih memilih tidak memasak jika harus menggunakan bumbu yang bukan dari Indonesia, karena hasilnya tidak akan memuaskan.
Selain bumbu yang diimpor dari Indonesia, Medina Asian Restaurant memiliki empat chef yang semuanya berasal dari Indonesia, serta 12 pramuniaga yang semuanya juga orang Indonesia.
Pada tahun 2015, Umar berangkat ke tanah Arab sebagai TKI. Dari kerja kerasnya, dia mengumpulkan modal sedikit demi sedikit hingga akhirnya memiliki beberapa restoran di Arab Saudi, termasuk di Makkah, Riyadh, dan Madinah. Dari 14 cabangnya, Madinah adalah yang paling membuatnya betah.
Abah Umar adalah sosok yang unik. Berbeda dengan kebanyakan orang, dia tidak pernah berdoa untuk menjadi kaya.
Lika-liku perjalanan hidupnya mengajarkannya banyak hal. Umar hanya ingin hidupnya mengalir sesuai kehendak Yang Maha Kuasa.
Meskipun tidak pernah meminta kekayaan, dia justru menjadi semakin kaya, bahkan memiliki beberapa restoran di Arab Saudi.
Kini, setelah merdeka secara ekonomi, Abah Umar tidak berhenti berbagi. Dia sering mengundang orang Indonesia untuk makan gratis di restorannya dan berbagi pengalaman hidupnya.
Umar berharap ceritanya bisa menjadi penyemangat bagi mereka yang sedang berjuang dan hampir putus asa.- ***