“Dan apabila gunung-gunung diterbangkan,” (QS. at-Takwir: 3)

Untuk memperingati kejadian itu, pemerintah setempat mendirikan sebuah tugu yang hari ini masih bisa dilihat siapa pun.

Ditugu tersebut ditulis dengan plat logam:

TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332 ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG

SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN DESA

SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG PENGAMUN-AMUN

PADA TG. 16/17-4-1955

Salah seorang saksi tragedi Legetang, Suhuri warga Pekasiran RT 03/04 yang kini berusia sekitar 72 tahun mengatakan, musibah terjadi malam hari pukul 23.00 saat musim hujan.

”Saya dan beberapa teman malam itu tidur di masjid. Saya baru dengar kabar gunung Pengamunamun longsor jam tiga pagi,” katanya.

Suhuri mengaku lemas seketika begitu mendengar kabar tersebut, karena kakak kandungnya, Ahmad Ahyar, bersama istri dan 6 anaknya tinggal di dusun Legetang.

Namun Suhuri maupun keluarganya dan warga lain tak berani langsung ke dusun yang berjarak sekitar 800 meter dari pusat desa Pekasiran, karena beredar kabar tanah dari lereng gunung Pengamunamun masih terus bergerak.

1 2 3 4 5



Penulis

Comments are closed.

Exit mobile version