KoranMandala.com – Sebuah penemuan penting berupa Punden Berundak ditemukan di Parigi, Tasikmalaya, yang mengungkapkan jejak peninggalan budaya Sunda kuno.
Dalam kunjungan ke lokasi penemuan, Prof. Agus Aris Munandar, seorang ahli arkeologi, menjelaskan bahwa struktur yang ditemukan bukanlah makam, melainkan Punden Berundak lengkap dengan Batu Pangcalikan atau Batu Panyandaan, yang memiliki fungsi khusus dalam tradisi leluhur Sunda.
“Penemuan ini, meskipun tidak terlalu besar, sudah memenuhi klasifikasi sebagai Punden Berundak. Strukturnya selaras dengan budaya Sunda kuno, terdiri dari tiga undakan dengan tiga menhir di puncaknya. Batu-batu penghalang di depan dan belakang seolah berfungsi sebagai tiang tolak bala,” ujar Prof. Agus dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Kamis 12 September 2024.
Baca Juga: Warga Kuningan Rayakan Tradisi Hajat Bumi, Bentuk Pelestarian Budaya Lokal
Beliau juga menambahkan bahwa Punden Berundak ini mirip dengan punden yang ada di Gunung Penanggungan, Jawa Timur. Fungsinya diduga sebagai sarana peribadatan pada awal abad Masehi, di mana peziarah biasanya mengelilingi punden sebanyak tiga kali sebagai bagian dari ritual penyucian diri.
Batu Satangtung dan Batu Pangcalikan
Penemuan lainnya yang menarik perhatian adalah adanya Batu Satangtung, yang di depannya terdapat batu datar berbentuk persegi panjang.
“Struktur ini merupakan elemen yang harus ada dalam Punden Berundak, di mana batu datar tersebut dikenal sebagai Batu Panyandaan atau Batu Pangcalikan. Fungsinya sebagai tempat duduk para leluhur dan tempat penyimpanan sajian atau persembahan,” jelas Prof. Agus sambil memperagakan ritual yang biasa dilakukan pada punden tersebut.
Galunggung sebagai Kawasan Artefak Penting
Di akhir kunjungannya, Prof. Agus menekankan pentingnya perhatian dari pihak pemerintah dan instansi terkait untuk penelitian lebih lanjut terhadap penemuan ini.
“Kawasan Galunggung menyimpan banyak artefak luar biasa peninggalan leluhur Sunda. Punden Berundak, Batu Pangcalikan di Parigi, dan Batu Lingkar di Jahyang adalah beberapa contoh dari peninggalan sejarah yang sangat perlu diteliti lebih dalam,” tegasnya.
Dukungan untuk Tim Expedisi Galunggung
Anton Charliyan, Ketua Umum Lintas Budaya Nusantara dan Ketua Dewan Penasihat PWI & PJS Pusat, turut memberikan apresiasi kepada Tim Expedisi Galunggung yang berhasil menemukan artefak-artefak penting ini.
“Kami sangat menghargai kedatangan tim yang begitu lengkap. Mudah-mudahan Prof. Agus dan timnya tidak bosan-bosan memberikan arahan dan bimbingan kepada Tim Expedisi Galunggung yang terus aktif melakukan penelitian dan ekskavasi situs-situs sejarah,” ujar Anton.