KoranMandala.com – Kesenian Khas Bandung menjadi Warisan Budaya Indonesia
Ulin Barong dan Engkle kini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia. Penetapan ini merupakan langkah penting dalam upaya melestarikan budaya tradisional yang memiliki nilai sejarah dan kearifan lokal yang tinggi.
Ulin Barong merupakan seni pertunjukan khas dari masyarakat Sekeloa, Kota Bandung. Kesenian ini telah ada sejak tahun 1885 dan dipelopori oleh Muhammad Tharwi, seorang tokoh masyarakat Sekeloa.
Menurut Atjeng Sulaeman, sesepuh Ulin Barong generasi keempat, Ulin Barong bermakna memainkan kepala barong dengan gerakan kuda-kuda yang terinspirasi dari pencak silat aliran Cimande dan Cikalong.
Barong yang dimainkan berbentuk kepala naga, dengan ciri khas seperti kening menonjol, mata bercermin, dan rambut dari karung goni.
Pertunjukan Ulin Barong biasanya diiringi oleh alat musik tradisional seperti kendang pencak, bedug, ketuk tilu, simbal, dan terompet. Lagu-lagu tradisional seperti Kulu-kulu dan Rerencongan sering kali mengiringi pertunjukan ini.
Ulin Barong sering ditampilkan dalam berbagai acara formal seperti Hari Jadi Kota Bandung. Serta acara non formal seperti khitanan dan pernikahan, sehingga menjadi bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat Sekeloa.
Sementara itu, Engkle yang dikenal juga sebagai Sondah, adalah permainan tradisional anak-anak yang ditemukan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Permainan ini diperkirakan berasal dari masa kolonial Belanda dan menjadi populer di Jawa Barat dengan berbagai variasi.
Di Bandung, misalnya, ada Engkle Biasa, Engkle Raja, dan Engkle Gunung, yang dimainkan dengan melompat di atas petak-petak yang digambar di tanah. Permainan ini tidak hanya melatih ketangkasan anak, tetapi juga mengandung filosofi kehidupan, di mana setiap petak mewakili tahapan hidup manusia menuju kebahagiaan.
Penetapan Ulin Barong dan Engkle sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia merupakan pengakuan terhadap kekayaan budaya lokal yang harus terus dilestarikan.
Selain menjaga kelangsungan tradisi, hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan apresiasi generasi muda terhadap warisan budaya yang memiliki nilai-nilai kebersamaan, keterampilan, dan penghormatan terhadap sejarah.***