Koran Mandala -Sudah 24 tahun Aiptu Kania Dewi mendedikasikan hidupnya sebagai Polisi Wanita di Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Satreskrim Polrestabes Bandung. Selama lebih dari dua dekade itu, ia menjadi saksi sekaligus garda terdepan dalam penanganan kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak-anak—pekerjaan yang tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga hati dan pikiran.

Di balik seragamnya, Kania bukan hanya penegak hukum, tetapi juga menjadi pendengar yang sabar, pelindung yang hangat, serta penyelamat yang penuh empati. Ia mengingat jelas kasus-kasus yang membekas, salah satunya adalah saat menangani korban kekerasan seksual yang tidak mampu berbicara. “Saya harus menggali informasi bukan dengan tekanan, tapi dengan empati. Dari hati ke hati,” kenangnya.

Polwan Bantu Pemulihan Trauma Korban Longsor di Cisarua Bogor

Tak sedikit pula kasus memilukan yang ia tangani, seperti korban pelecehan yang masih duduk di bangku sekolah dan pelakunya merupakan orang terdekat. Bahkan, ada pula kasus seorang penyandang tunadaksa yang diperkosa oleh adik kandungnya sendiri.

Kania menyebut tren kekerasan seksual di Kota Bandung selama ini terus meningkat, terutama di kalangan pelajar. Tugasnya sebagai polisi pun nyaris tanpa jeda. “Kadang sedang libur bersama keluarga pun, kalau ada laporan masuk, saya harus langsung turun,” ujarnya. Ia mengisahkan pernah tidak pulang selama tiga hari tiga malam untuk menangani kasus rudapaksa yang menimpa anak SMP oleh 10 pelaku, usai berkenalan melalui aplikasi MiChat.

Meski pekerjaan begitu menyita waktu, Kania tetap berusaha hadir sebagai ibu dan istri di rumah. Beruntung, keluarganya memahami sepenuhnya peran penting yang diembannya. “Anak-anak saya paham betul tugas ibunya, karena sejak kecil sekolahnya di sekitar Mapolrestabes,” ucapnya dengan bangga.

Atas dedikasi dan pengabdiannya, Kania diganjar sejumlah penghargaan, mulai dari Kapolres, Kapolda, hingga Pin Emas dari Kapolri pada peringatan HUT Polwan tahun lalu. Namun baginya, penghargaan terbesar adalah ketika berhasil membantu para korban bangkit dari trauma dan menemukan kembali rasa aman.

“Menjadi Polwan itu bukan hanya soal keberanian, tapi juga tentang ketulusan hati. Saya ingin perempuan Indonesia tetap tangguh dan mandiri, apapun tantangannya,” pesannya.

Aiptu Kania Dewi adalah potret nyata seorang perempuan kuat: tegas di medan tugas, lembut dalam empati, dan setia dalam pengabdian. Sebuah inspirasi yang layak dikenang dan diteladani.




Penulis
Leave A Reply

Exit mobile version