KORANMANDALA.COM – Sebuah video di akun Tiktok mengungkap kekhawatiran adanya senjata biologis pemusnah massal. Dalam video itu tertulis narasi; “Perang biologi sudah dimulai, waspadalah jaga diri dan keluarga”.
Narasi itu melecut multi interpretasi. Meresahkan dan juga membingungkan. Benarkah ? Narasi itu mengandung provokasi dan juga atensi agar kita selalu waspada. Walau bagaimana pun, tentunya kita tetap harus selalu waspada dalam hal apapun.
Sebelumnya, sebuah video viral di TikTok dan tersebar melalui grup WhatsApp. Video itu telah menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran. Salah satu video tersebut mencakup rekaman diskusi antara Profesor Richard Claproth dan mantan Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari.
Video ini diunggah ke YouTube beberapa pekan silam dan sudah dilihat sebanyak setidaknya 75.000 kali.
Dalam video tersebut, Profesor Claproth dan Siti Fadilah Supari mempertanyakan keperluan keterlibatan Indonesia dalam program uji coba Wolbachia.
Mereka mengemukakan keraguan ini dengan merujuk pada klaim bahwa kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) diklaim mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir, dan menyuarakan dugaan tentang adanya agenda tersembunyi di balik penyebaran nyamuk Wolbachia.
Selanjutnya, mereka juga menuduh bahwa nyamuk Wolbachia dapat menyebabkan penyakit Japanese Encephalitis, berdampak pada ekosistem, atau bahkan memicu pandemi.
PENOLAKAN MASYARAKAT BALI
Video itu kemudian menimbulkan keraguan masyarakat Bali. Pada 13 November 2023 silam, rencananya penyebaran 200 juta telur nyamuk Wolbachia di wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng dilaksanakan sebagai bagian dari program uji coba yang telah disetujui oleh Kementerian Kesehatan.
Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti. Meskipun mendapat persetujuan resmi, sebagian masyarakat Bali menolak program ini. Pelepasan nyamuk Wolbachia yang ditujukan untuk menangani kasus Demam Berdarah (DBD) pun dikensel sampai waktu yang belum ditentukan.