KORANMANDALA.COM – Pemerintah telah berupaya menekan angka kematian akibat sengatan nyamuk Aedes aegypti. Misalnya, dengan gerakan 3M (menguras, menutup, dan mengubur), fogging, dan Gerakan Satu Rumah Satu Juru Jumantik.
Selain cara-cara di atas, pemerintah kini mulai menggagas upaya pencegahan DBD itu dengan mengembangbiakan nyamuk Wolbachia.
APA DAN BAGAIMANA NYAMUK WOLBACHIA ITU
Seorang peneliti di Pusat Kedokteran Tropis Universitas Gadjah Mada dan anggota World Mosquito Program (WMP) di Yogyakarta, dr. Riris Andono Ahmad, MPH, Ph.D.,
Baca juga: Heboh ‘Nyamuk Bill Gates’, Si Kecil yang Mematikan
menegaskan keamanan nyamuk Wolbachia bagi manusia dan efektivitasnya dalam menekan penyebaran virus Aedes aegypti.
Pernyataan ini disampaikan pada Jumat, 17 November 2023, sebagaimana dilansir dari situs resmi UGM (ugm.ac.id).
Riris mengakui bahwa penolakan masyarakat terhadap nyamuk Wolbachia adalah hal lumrah, karena secara umum masyarakat melihat semua nyamuk sebagai ancaman bagi kesehatan. Ia memberikan contoh di Yogyakarta. Awalnya terjadi penolakan terhadap pelepasan telur nyamuk Wolbachia, namun setelah dilakukan sosialisasi yang intensif, akhirnya masyarakat menerima intervensi tersebut.
Penelitian teknologi Wolbachia di Yogyakarta telah dilakukan selama 12 tahun sejak 2011, melibatkan studi kelayakan dan keamanan (2011-2012), pelepasan dalam skala terbatas (2013-2015), pelepasan dalam skala luas (2016-2020), dan implementasi (2021-2022).
Riris, selaku peneliti, menyatakan bahwa studi pertama Aplikasi Wolbachia untuk Eliminasi Dengue (AWED) dilakukan di Yogyakarta dengan desain Cluster Randomized Controlled Trial (CRCT), menjadikannya studi utama di dunia terkait aplikasi Wolbachia untuk menghilangkan Dengue.
Hasil studi AWED menunjukkan bahwa nyamuk Aedes aegypti yang mengandung Wolbachia dapat mengurangi kasus dengue sebanyak 77,1% dan mengurangi rawat inap akibat dengue sebanyak 86%.