Berdasarkan temuan ini dan penelitian serupa di negara lain, World Health Organization’s Vector Control Advisory Group merekomendasikan teknologi Wolbachia untuk pengendalian Dengue sejak tahun 2021.
Terkait dukungan Kementerian Kesehatan terhadap pelepasan telur nyamuk Wolbachia, Riris menyatakan bahwa Kemenkes sedang menyusun strategi nasional untuk penanggulangan dengue, dengan teknologi Wolbachia sebagai bagian dari inovasi program pengendalian dengue. Kementerian Kesehatan berencana untuk melaksanakan implementasi secara bertahap.
Wolbachia adalah bakteri alami yang ditemukan pada 6 dari 10 jenis serangga. Pada nyamuk Aedes aegypti, Wolbachia menghambat replikasi virus dengue dengan memperlambat persaingan makanan antara virus dan bakteri. Penting untuk dicatat bahwa Wolbachia tidak mengubah genetika nyamuk, karena bakteri yang dimasukkan identik dengan Wolbachia pada inang aslinya, yaitu Drosophila melanogaster.
Keamanan Wolbachia telah diuji melalui analisis risiko yang menunjukkan bahwa pelepasan nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia memiliki risiko sangat rendah bagi manusia dan lingkungan, dengan potensi bahaya dianggap bisa diabaikan dalam 30 tahun ke depan.
BERKAT WOLBACHIA, YOGYAKARTA CATAT REKOR KASUS DBD TERENDAH
Kota Yogyakarta menjadi pionir di Indonesia dalam menerapkan teknologi nyamuk ber-Wolbachia untuk mengendalikan demam berdarah dengue (DBD). Sejak dimulainya program ini pada tahun 2016, angka kasus DBD di Kota Yogyakarta mengalami penurunan bertahap, mencapai rekor terendah pada tahun 2023 dengan hanya 67 kasus.
Dr. Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Pengelolaan Data dan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, menyampaikan bahwa pada tahun 2016, jumlah kasus DBD di Kota Yogyakarta mencapai lebih dari 1.700 kasus. Namun, hingga minggu lalu pada tahun 2023, jumlah kasus turun drastis menjadi hanya 67. Ini merupakan angka terendah dalam sejarah kota ini. Selain upaya tradisional seperti pemberantasan nyamuk dengan 3M dan jumantik, penurunan kasus ini dikaitkan dengan intervensi program nyamuk ber-Wolbachia yang dilaksanakan sejak tahun 2016.
Penelitian terkait teknologi nyamuk ber-Wolbachia di Indonesia dipimpin oleh World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta, yang merupakan kolaborasi antara Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Monash University, dan Yayasan Tahija. Penerapan teknologi ini di Kota Yogyakarta melibatkan penitipan ember berisi telur nyamuk Aedes aegypti ber-Wolbachia di habitat alaminya dengan dukungan dari Dinas Kesehatan dan pihak terkait.
KOTA BANDUNG DIJADIKAN PROYEK PERCONTOHAN
Perencanaan pengguanaan Wolbachia di Kota Bandung sudah dilakukan 1 tahun. Sosialisasi pun sudah disampaikan sejak 6 bulan. Sejumlah aparat kewilayahan, tokoh masyarakat dan para kader telah mendapat penerangan mengenai apa dan bagaimana nyamuk Wolbachia itu. Sampai saat ini malah sudah sekitar 150 ribu telur nyamuk sudah disebar di kecamatan Pasanggrahan.