Terkait video itu, seorang warga Bali meminta agar dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum telur nyamuk Wolbachia dilepaskan ke masyarakat. Ia mengkhawatirkan adanya dampak jangka panjang dari penyebaran nyamuk Wolbachia, termasuk potensi munculnya pandemi.
Karena itu, uji coba perlu dilakukan terlebih dahulu untuk memastikan efektivitas nyamuk Wolbachia dalam melawan DBD sebelum disebarluaskan. Banyak warga menyampaikan ketidakyakinannya dan khawatir bahwa program ini dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain yang membahayakan manusia.
Namun, ada juga warga yang mendukung kelanjutan program ini, terutama setelah melihat hasil positif yang telah dicapai saat program serupa dilaksanakan di Yogyakarta beberapa waktu silam.
“Jika tidak ada efek buruk yang terlihat, ini patut dicoba, terutama karena sudah ada studi kasus yang sama di Indonesia. Lebih baik mencoba daripada tidak, terutama ini untuk melindungi anak-anak dan sudah memasuki musim hujan” katanya.
Apa yang terjadi di Bali sepertinya kurang sosialisasi. Masyarakat dibuat resah dan bingung dengan munculnya video tentang nyamuk Bill Gates yang disebut sebagai upaya depopulasi.
Mungkin cerita akan lain jika Bali meniru cara-cara yang telah dilaksanakan di Kota Bandung atau pun Yogyakarta. Di kota Bandung, misalnya, perencanaan telah dilaksanakan 1 tahun sebelumnya. Kemudian sosialisasi sudah dilakukan lebih 6 bulan.
Sebelum mengimplementasikan inovasi bakteri wolbachia ke dalam telur-telur nyamuk Aedes aegypti, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung terlebih dulu menggelar On The Job Training Strategi dan Manajemen Implementasi Wolbachia. Bahkan, hingga saat ini sudah melepas 150 ribu telur nyamuk.- ***
Dari berbagai sumber