KORANMANDALA.COM – Program pengembangbiakan nyamuk wolbachia di Kota Bandung masih belum mencapai tingkat efektivitas yang diharapkan. Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat, Vini Adiani Dewi, Jumat 8 Maret 2024.
Vini mengakui bahwa nyamuk wolbachia, yang dikenal efektif dalam melemahkan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, seperti demam berdarah dengue (DBD), baru akan memberikan dampak maksimal jika persentase keberadaannya di atas 60 persen.
Namun, saat ini di daerah Ujungberung Kota Bandung, persentase keberadaan nyamuk wolbachia baru sekitar 16 persen. Oleh karena itu, program ini belum memberikan dampak yang signifikan dalam mengurangi kasus DBD.
Vini menyatakan bahwa diperlukan waktu untuk mencapai persentase yang memadai sehingga nyamuk wolbachia dapat efektif dalam menekan angka DBD.
Vini menjelaskan bahwa keberhasilan pengembangbiakan nyamuk wolbachia telah terbukti di Yogyakarta. Di kota itu, telah terjadi penurunan angka kematian hingga 70 persen.
Namun, ia menekankan bahwa nyamuk wolbachia bukanlah satu-satunya solusi, dan yang lebih penting adalah penerapan gerakan 3M plus, yaitu menguras, mengubur, dan menutup tempat-tempat yang berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk, serta membersihkan lingkungan secara menyeluruh.
Sementara itu, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Jawa Barat (Jabar) terus meningkat.
Sejak Januari 2024 hingga saat ini penyakit disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegepty ini tercatat sebanyak 7.654 kasus.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jabar, Vini Adiani Dewi, Jumat tanggal 8 Maret 2024, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Jawa Barat telah mencapai 7.654 kasus.
Kota Bogor memiliki jumlah kasus tertinggi sekitar 800, diikuti oleh Kabupaten Bandung Barat (KBB) dan Subang masing-masing sekitar 800 dan 700 kasus.