KoranMandala.com -Guru Besar Seni Pertunjukan Indonesia dari ISBI Bandung, Prof. Dr. Endang Caturwati, menyoroti minimnya pemahaman makna budaya oleh event organizer dan wedding organizer. Menurutnya, banyak penyelenggara acara yang tidak memahami filosofi di balik seni dan tradisi yang mereka gelar.
“Indonesia dikenal karena keunikannya. Setiap daerah memiliki ciri khas yang harus dijaga, bukan disamarkan dalam kolaborasi yang kurang tepat,” ujar Prof. Endang.
Ia mencontohkan penggunaan batik dalam acara pernikahan. Menurutnya, batik bukan sekadar kain, tetapi memiliki makna mendalam.
Bale Rumawat Padjadjaran, Garda Terdepan Pelestarian Budaya Sunda
“Motif batik adalah doa. Sidomukti untuk pernikahan, ada juga motif lain yang punya filosofi khusus. Jangan sampai salah penggunaan,” jelasnya.
Prof. Endang juga mengkritik cara penyajian budaya yang tidak menghormati makna aslinya. Ia mencontohkan kesalahan dalam prosesi adat Sunda, seperti upacara lengser dalam pernikahan.
“Ambu itu perempuan dengan martabat tinggi. Kenapa malah dijadikan babancian? Ini merusak esensi budaya kita,” tegasnya.
Ia juga menyayangkan tren di media sosial yang menyimpangkan nilai budaya.
“Saya lihat di TikTok dan YouTube, ada prosesi adat yang justru mempermalukan diri. Itu tidak ada dalam konsep sakral pernikahan,” katanya.
Untuk mengatasi masalah ini, Prof. Endang sering mengadakan seminar bagi penyelenggara acara. Tujuannya, agar mereka memahami filosofi di balik setiap tradisi.
“Leluhur kita menciptakan adat dengan penuh makna, bukan asal-asalan. Semua punya simbol dan filosofi yang harus dijaga,” pungkasnya.