Bangunan ini diadopsi oleh Keraton-keraton lainnya diwilayah Nusantara.
Di komplek Keraton ini terdapat tumpukan batu bata berbentuk Banteng, dan Gapura Banteng ini merupakan simbol keberanian, dan kekuatan aparatur negara.
Pengunjung bisa masuk dari mulai area dalam Keraton, lalu ke museum Keraton Kasepuhan dan Dalem Pakung Wati. Di ruangan museum pengunjung akan melihat berbagai peninggalan Kesultanan Cirebon, antara lain berupa koleksi benda-benda kuno diantaranya, Kereta Singa Barong dan Kereta Kencana Sunan Gunung Jati, koleksi Keris, Tombak berbagai ukuran, Baju Rompi Perang, Beragam Busana Batik khas Cirebon, ada gamelan, Kursi, Sofa antik dan koleksi lainnya.
Pengunjung juga bisa melihat Silsilah Kesultanan Kasepuhan dan Silsilah Sunan Gunung Jati Cirebon.
Khusus Kereta Singa Barong, Kereta Kencana Sunan Gunung Jati, hanya di keluarkan setiap tanggal 1 Muharram untuk dimandikan.
Keraton Kasepuhan terdiri dari dua kompleks bangunan, yaitu Dalem Agung Pakungwati yang didirikan pada 1430 oleh Pangeran Cakrabuana dan kompleks Keraton Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Mas Zainul Arifin pada 1529.
Keraton Pakungwati adalah cikal bakal Keraton Kasepuhan.
Nama Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana yang menikah dengan Sunan Gunung Jati.
Pada tahun 1529, cicit Sunan Gunung Jati, bernama Pangeran Mas Zainul Arifin atau Panembahan Pakungwati I membangun keraton baru di sebelah barat daya keraton lama.
Keraton baru ini dinamai Keraton Pakungwati, mengabadikan nama Ratu Dewi Pakungwati.