KORANMANDALA.COM – Berita mengenai pengunduran diri Sri Mulyani menjadi topik yang hangat. Isu ini muncul terutama setelah desas-desus perselisihan antara Menteri Keuangan dengan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Perselisihan bermula dari penolakan Sri Mulyani terhadap anggaran pembelian 12 pesawat Mirage 2000-5 senilai 733 juta euro oleh Qatar Air Force yang diajukan oleh Prabowo. Hal ini menjadi sorotan dalam debat capres pada 7 Januari 2023, di mana Prabowo menyebut bahwa banyak usulan yang diajukan tidak disetujui oleh Menteri Keuangan.
Jika Sri Mulyani benar-benar mengundurkan diri, sejumlah pengamat ekonomi memberikan tanggapannya.
Lukman Leong dari DFCX Futures menyatakan keprihatinannya terhadap efek ekonomi yang mungkin timbul, khususnya terhadap nilai rupiah.
Menurutnya, pengunduran diri Sri Mulyani bisa memberikan dampak negatif pada rupiah, terutama karena pergerakan rupiah masih sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, juga menyampaikan keprihatinannya terhadap kemungkinan dampak negatif pada rupiah akibat pengunduran diri Menteri Keuangan.
Selain itu, ia menyoroti potensi gangguan terhadap keseimbangan politik jika Sri Mulyani benar-benar mundur, yang mungkin akan menyulitkan pemerintah dalam menyusun agenda ekonomi.
Presiden Jokowi membantah isu pengunduran diri sejumlah menteri dalam kabinetnya, termasuk Sri Mulyani.
Namun, spekulasi mengenai hubungan Sri Mulyani dengan Presiden yang merenggang tetap menjadi sentimen yang mencuat.
Hal ini dapat berdampak pada stabilitas pemerintah dan ekonomi, dengan kekhawatiran mengenai siapa yang akan menjadi penggantinya.
Pertimbangan terhadap kemampuan dan integritas pengganti Sri Mulyani dalam mengelola keuangan negara menjadi sorotan utama.- ***