KORANMANDALA.COM –  Ternyata ada 8 Fakta yang jarang diketahui dari Organisasi Budi Utomo yang tanggal lahirnya dijadikan Hari Kebangkitan Nasional.

Di Indonesia, tanggal 20 Mei adalah Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). Harkitnas memperingati berdirinya perkumpulan nasionalis pertama di Hindia Belanda.

Pada tanggal 20 Mei tahun 1908, pensiunan dokter Wahidin Sudirohusodo, mahasiswa kedokteran Sutomo, dan beberapa mahasiswa lain di Sekolah Tinggi Kedokteran Batavia (STOVIA) mendirikan Budi Utomo.

Gedung STOVIA sekarang menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Selain perjuangan heroik sekelompok pemuda, dokter dan mahasiswa kedokteran juga berperan sederhana namun pasti dalam narasi kelahiran bangsa Indonesia.

Baca juga : Farhat Abbas Daftar Bakal Calon Wali Kota Bogor 2024, PKB Siap Kolaborasi

Dilansir Koran Mandala dari cambridgeblog.org, berikut ini 8 Fakta yang jarang diketahui dari Organisasi Budi Utomo yang tanggal lahirnya dijadikan Hari Kebangkitan Nasional :

1. Budi Utomo hanya diisi orang Jawa

Pada awalnya, Budi Utomo adalah sebuah organisasi Jawa yang fokus pada perbaikan nasib masyarakat Jawa; mereka tidak memiliki aspirasi se-Nusantara.

2. Anggota Budi Utomo hanya menggunakan bahasa Belanda

Kedua, para pendirinya, sebelum kekuatan konservatif mengambil alih kekuasaan, mungkin adalah orang-orang yang paling sedikit orang Jawa di Pulau Jawa.

Baca juga : Tanggal Merah dan Cuti Bersama Kalender Bulan Mei 2024, Ada Berapa Hari Libur Nasional?

Mereka berbicara bahasa Belanda satu sama lain; memang banyak yang kesulitan berbahasa Jawa. Sebelum Perang Dunia I, mereka lebih terkesan dengan modernitas dan “Barat” dibandingkan dengan budaya Jawa.

3. Anggota Budi Utomo sangat kebarat-baratan

Mereka terpesona oleh janji-janji kemajuan yang dapat diwujudkan melalui ilmu pengetahuan, teknologi, dan kedokteran.

Mereka adalah sekelompok profesional yang bangga dengan identitas kosmopolitan dan orientasi internasional mereka.

Mereka mengenakan pakaian Barat, bermain catur, dan membentuk band Hawaii.

Baca juga : Seberapa Besar Hormat Kita Pada Pahlawan?

Abdul Rivai, salah satu dokter Hindia Belanda pertama yang terlibat serius dalam dunia politik, adalah orang yang ambisius, terpikat pada segala sesuatu yang modern.

Ia menganjurkan hubungan yang lebih erat antara Belanda dan Hindia Belanda. Pertama, jurnalismenya, dan kemudian kontribusinya sebagai komentator politik dan politik kolonial, sangat penting dalam memobilisasi generasi muda di seluruh nusantara.

5. Dokter Tjipto minta anggota Budi Utomo untuk meninggalkan bahasa dan budaya jawa

Tjipto Mangunkusumo, dokter-nasionalis paling terkenal dari Hindia, menganjurkan untuk meninggalkan bahasa Jawa sama sekali karena sifat elitisme yang melekat pada bahasa tersebut.

Baca juga : Pasca Kecelakaan Maut, PJ Gubernur Jawa Barat Rencanakan Penambahan Infrastruktur di Jalan Ciater

Ia berpendapat, meski budaya Jawa cukup menarik untuk dijadikan hobi, namun budaya tersebut tidak mampu membimbing masyarakat nusantara menuju masa depan yang lebih baik.

Ia dan beberapa rekannya merekomendasikan agar setiap orang belajar bahasa Belanda—bahasa sains, pendidikan, dan masa depan.

Bagaimana antusiasme terhadap apa pun yang berbau Belanda di antara sekelompok dokter kosmopolitan pada akhirnya mengarah pada sentimen antikolonial?

6. Budi Utomo kecewa kepada Belanda

Kekecewaan awal mereka terhadap negara-negara Barat muncul ketika mereka menyadari bahwa Belanda tidak menjalankan retorika Kebijakan Etis mereka, yang diperkenalkan pada tahun 1901.

Baca juga : Masalah Buruh: Jam Kerja Tinggi, Upah Rendah, Kasta Terbawah

Beberapa dekade kemudian, akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan sangat terbatas, dan tingkat melek huruf masih sangat rendah.

7. Anggota Budi Utomo menginspirasi kaum nasionalis

Setelah perang, ide-ide K.R.T. Radjiman Wediodiningrat, dokter pribadi Sunan Solo, menjadi populer di kalangan nasionalis.

Mengambil contoh dari para orientalis dan Teosofis Eropa dan Amerika Utara, Radjiman memuji budaya asli Indonesia sebagai budaya yang bersifat spiritual dan komunitarian—sebuah alternatif yang menarik terhadap materialisme dan individualisme Barat.

8. Anggota Budi Utomo adalah pemuja Majapahit

Ia ingin membangun bangsa baru dari akar budaya Jawa. Kaum nasionalis menunjuk pada kerusakan jangka panjang yang ditimbulkan oleh kolonialisme terhadap komunitas organik di nusantara.

Museum Lawang Sewu Dibangun Masa Kolonial Belanda, Koleksinya Beragam dan Menarik

Mereka melihat ke bekas Kerajaan Majapahit, yang mendominasi sebagian besar nusantara, dan seterusnya.

Kemegahan Majapahit, kata mereka, bisa tumbuh kembali dari abu penjajahan Belanda. Ironisnya, Radjiman dan kaum nasionalis lainnya belajar banyak tentang Majapahit dari para sarjana Belanda.

Sebagai kelompok sosial yang paling mirip dengan penjajah Belanda dalam hal pendidikan, kebiasaan, selera, dan kesukaan, dokter Indonesia pada umumnya konservatif. ***

Sumber: cambridgeblog.org

Editor: Fajar Majeed

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Exit mobile version