KORANMANDALA.COM – Bekas Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ditembak di bagian telinga kanan saat berkampanye di Butler, Pennsylvania, sekitar 50 km di utara Pittsburgh pada Sabtu, 13 Juli 2024. Trump ditembak saat baru memulai pidatonya.
Biro Investigasi Federal (FBI) mengonfirmasi bahwa penembakan tersebut adalah upaya pembunuhan.
Menjadi pemimpin negara memang penuh risiko, termasuk ancaman percobaan pembunuhan.
BACA JUGA: Bagi-bagi 17 AKUN FF Gratis Masih Aktif 15 Juli 2024 No Hack Evo Gun, Akun Sultan FF Litomplo
Tragedi yang dialami Donald Trump juga pernah menimpa Presiden Pertama RI, Sukarno. Proklamator kemerdekaan Indonesia ini tercatat mengalami beberapa kali percobaan pembunuhan.
Beruntungnya, Bung Karno, begitu ia disapa, selalu selamat dari setiap insiden tersebut.
Sejarah mencatat bahwa Bung Karno dan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo awalnya bersahabat dan bekerja bersama sejak 1918 demi kemajuan Indonesia.
Pada tahun 1920-an, mereka tinggal bersama di Bandung, berbagi mimpi untuk masa depan bangsa. Namun, perbedaan ideologi memisahkan mereka.
Soekarno berjuang dengan landasan kebangsaan, sementara Kartosoewirjo berjuang dengan dasar agama, memimpin pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII).
Pada 30 November 1957, percobaan pembunuhan terhadap Soekarno terjadi saat ia meninggalkan acara amal di Perguruan Cikini, Jakarta.
Saat Soekarno turun dari tangga, granat dilemparkan ke arah kerumunan. Ledakan menyebabkan kekacauan, melukai banyak orang, termasuk 48 anak.
Soekarno berhasil selamat tanpa luka, berkat perlindungan Tuhan.
“Berkat berkat perlindungan Tuhan aku masih hidup dan tidak luka sedikit pun,” kata Bung Karno.
Intelejen menangkap pelaku dalam 24 jam, dan Soekarno menandatangani hukuman mati untuk Kartosoewirjo, yang dieksekusi pada 1963.
Percobaan pembunuhan lainnya terjadi pada 9 Maret 1960 ketika pesawat menjatuhkan bom ke arah rumah Soekarno, dan pada Idul Adha 14 Mei 1962 saat seseorang menembak ke arah Soekarno ketika sedang shalat.
Peluru hanya menyerempet Ketua DPR Zainul Arifin. Pelaku adalah anggota DI/TII.
Mahkamah Angkatan Darat kemudian menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.
Setelah itu, Soekarno tak lagi shalat di tempat terbuka.
Percobaan pembunuhan lainnya terjadi dua kali di Makassar. Dalam satu kesempatan, seorang pria terlihat hendak melempar granat ke arah Soekarno, namun ragu dan gagal melaksanakan aksinya.
Soekarno yakin ada kekuatan Maha Tinggi yang melindunginya. Ia menyadari ancaman terhadap nyawanya, namun tetap tak gentar karena percaya bahwa hanya Tuhan yang bisa menentukan akhir hidupnya.- ***