KORANMANDALA.COM – Jalur Gaza disesaki oleh para pengungsi dari Palestina. Namun wajah penuh derita itu berubah, seiring datangnya Che ‘Ernesto’ Guevara.
Guevara mengenakan pakaian militer berwarna gelap dan sebuah baret hitam di kepalanya, saat mengunjungi kamp-kamp pengungsian di Gaza pada 18 Juni 1959 itu.
Dalam sebuah artikel New Arab berjudul ‘When Che Went Gaza’ oleh jurnalis Yousef al-Helou, kehadiran sosok Guevara di tengah-tengah penderitaan warga Palestina itu bermakna besar.
Berlatar belakang tokoh revolusioner, Guevara membakar semangat para warga Palestina yang menderita atas perlakuan oleh Israel.
Baca Juga: Zionis Israel Desak Warga Sipil di Kota Gaza agar Mengungsi ke Selatan, Hamas: Propaganda Palsu, Jangan Tertipu
Atas hal itu, munculah gerakan para gerilyawan Palestina, Fedayeen. Istilah Bahasa Arab itu, berarti ‘pejuang kemerdekaan’.
Gerilyawan Fedayeen sebagian besar diperkuat para nasionalis sayap kiri dan sosialis. Tujuannya satu: membebaskan Palestina dari Zionis Israel.
Keinginan kuat Fedayeen memberikan balasan, setelah Israel membuat penduduk Palestina menderita dalam peristiwa Nakba (1948).
Baca Juga: Presiden Chechnya, Ramzan Kadyrov, Umumkan Dukungannya terhadap Palestina: Kirim Kami ke Sana!
New Arab menuliskan, Nakba adalah peristiwa pengusiran penduduk di 500 kota dan 247 desa yang berletak di kawasan bagian selatan Palestina.
Perjalanan 14 Bulan Guevara
Sejak lima bulan Fidel Castro menduduki tahta penguasa Kuba, Guevara dikirim olehnya ke 14 negara berbeda dalam perjalanan tiga bulan.
Negara-negara seperti Mesir, India, Pakistan, Indonesia, Jepang, Yugoslavia, serta Uni Soviet masuk dalam daftar kunjungan Guevara.