Kota Bandung resmi memperingati Hari Jadinya yang ke-214 pada 25 September 2024, sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) No. 35 Tahun 1998. Hari Jadi Kota Bandung (HJKB) ini ditetapkan berdasarkan keputusan Bupati Bandung RAA Wiranatakusumah yang pada 25 September 1810 memindahkan ibu kota Kabupaten Bandung dari Karapyak (Dayeuhkolot) ke Jalan Raya Pos di tepian Sungai Cikapundung.
Sejak saat itu, Bandung terus berkembang menjadi salah satu kota penting di Indonesia. Meski berjarak sekitar 150 km dari Jakarta, berbagai infrastruktur penghubung antara kedua kota, seperti Jalan Raya Pos, jalur kereta api double track, tol Cipularang, dan Kereta Cepat Whoosh, telah mempermudah akses ke Bandung. Kehadiran Whoosh bahkan menjadikan Bandung lebih mudah dijangkau dibandingkan dengan kota-kota satelit lain di sekitar Jakarta.
Bandung sebagai Pusat Ekonomi dan Industri Kreatif
Selain berfungsi sebagai pusat kegiatan pemerintahan, Bandung juga menjadi kota dengan potensi besar di sektor ekonomi dan industri kreatif. Aktivitas MICE (Meeting, Incentives, Conferencing, Exhibitions), serta berbagai kegiatan bisnis dari instansi nasional maupun internasional, semakin memperkuat posisi Bandung sebagai pusat ekonomi. Wisata di dalam Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat (KBB) menambah daya tarik kota ini, yang sebelumnya sudah dikenal dengan kekuatan di sektor industri kreatif, kuliner, dan pendidikan.
Forum Indonesia Unggul: Harapan untuk Kota Bandung di HUT ke-214
UNESCO mencatat bahwa 56% aktivitas ekonomi di Kota Bandung berkaitan dengan desain, fashion, dan media digital. Potensi ini tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga para investor. Data DPMPTSP Kota Bandung mencatat bahwa pada tahun 2023, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) mencapai Rp4,176 triliun, sementara Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp4,363 triliun. Investor asing yang menanamkan modal di Bandung di antaranya berasal dari Tiongkok, Singapura, Malaysia, dan Seychelles.
Selain itu, pada tahun 2024, Kota Bandung mendapat alokasi APBD sebesar Rp7,78 triliun, dengan target Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp2,4 triliun, serta target Pajak Daerah sebesar Rp1,7 triliun.
Tantangan Kota Bandung: Kemacetan dan Pengelolaan Sampah
Meski memiliki banyak potensi, Kota Bandung juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama kemacetan dan pengelolaan sampah. Dengan jumlah kendaraan mencapai 1,7 juta unit berbanding 2,5 juta penduduk, kemacetan menjadi masalah serius di kota ini, terutama karena pertambahan ruas jalan yang tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan. Transportasi publik yang terintegrasi juga masih minim.
Di sisi lain, masalah pengelolaan sampah masih menjadi pekerjaan rumah besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2023, Bandung menempati urutan kedua dalam jumlah produksi sampah di Jawa Barat dengan volume 1.766 ton per hari. Tiga jenis sampah terbesar adalah sisa makanan dan dedaunan (44,51%), plastik (16,7%), dan kertas (13,12%). Sebagian besar sampah ini sebenarnya dapat didaur ulang, membuka peluang besar bagi penerapan ekonomi sirkuler di Bandung.
Membangun Harmoni dalam Menyelesaikan Masalah Kota
Dalam menghadapi berbagai permasalahan, solusi sektoral tidak lagi cukup. Bandung memiliki konektivitas tinggi dengan wilayah-wilayah di sekitarnya seperti Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, KBB, dan Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, kolaborasi antardaerah menjadi sangat penting.
Permasalahan banjir di Cimindi, misalnya, membutuhkan kerja sama antara Kota Bandung dan Cimahi. Begitu pula banjir di Gedebage yang terkait dengan pengelolaan Kawasan Bandung Utara (KBU) di wilayah KBB dan Kabupaten Bandung, serta kemacetan di Cileunyi yang memerlukan sinergi dengan Kabupaten Sumedang.
Solusi harmonis juga harus mencakup kolaborasi multisektor dan multi-elemen, melibatkan pemerintah, masyarakat, dan swasta. Contoh sukses penerapan harmoni dalam mengatasi masalah perkotaan adalah konsep ekonomi sirkuler di Distrik Khlong Toei, Bangkok, yang berhasil mengatasi masalah pencemaran plastik melalui kolaborasi antara pemerintah, akademisi, perusahaan, dan komunitas lokal.
Di Bandung, potensi ekonomi sirkuler dari 74% sampah yang dapat didaur ulang, seperti sisa makanan, plastik, dan kertas, bisa menjadi salah satu solusi untuk mengurangi penimbunan sampah di TPSA Sarimukti, KBB.
Mengedepankan Semangat HarmoniHarmoni bukanlah konsep baru bagi warga Bandung. Nilai-nilai lokal seperti sauyunan, rereongan, dan ngariung mengajarkan kita untuk bersama-sama memecahkan masalah melalui diskusi dan gotong-royong. Bandung Harmoni adalah cita-cita untuk masa depan kota yang humanis, adil, religius, modern, nyaman, dan inklusif.
Bandung yang humanis ditandai dengan kepedulian, empati, dan penghargaan terhadap martabat setiap individu. Bandung yang adil memberikan kesempatan setara bagi semua warganya untuk berkembang. Kota yang religius mengajarkan harmoni dalam keragaman, sementara Bandung yang modern tidak hanya menjadi pusat ekonomi, tetapi juga pusat inovasi dan kreativitas.
Pada akhirnya, kota yang nyaman adalah kota dengan fasilitas umum yang lengkap, mudah diakses, dan ramah pengguna. Bandung yang inklusif adalah kota milik semua orang, di mana semua warga dari berbagai latar belakang dapat maju dan sejahtera.Dengan semangat harmoni ini, Kota Bandung siap menghadapi masa depan yang lebih baik, dan terus menjadi kota yang kita banggakan.
Penulis: Dr. H. Ferry Kurnia Rizkiyansyah (Wakil Ketua Umum Partai Perindo dan juga Warga Kota Bandung)