0leh: Widi Garibaldi
Patrick Kluivert, mantan penyerang kesebelasan sepakbola Ajax Amsterdam dan Bercelona itu tiba sudah di Tanah Air. Ia dikontrak selama 2 tahun oleh PSSI untuk melatih tim nasional Garuda. Kedatangannya di bandara Soekarno-Hatta, disambut seperti tamu agung.
Penggila sepakbola yang mengelu-elukannya, membuat pelatih Belanda yang tak bertampang bule itu, terkesima. Warna kulitnya yang berbeda dengan warna kulit orang Belanda pada umumnya, mengundang tanya apakah ia punya darah keturunan Indonesia ?
Kluivert lahir dari seorang ayah keturunan Suriname dan ibu Curacao. Dulu, penjajah Belanda yang menguasai Hindia Belanda dan Suriname, memboyong ribuan pekerja dari pulau Jawa. Mereka beranak pinak di kawasan Amerika itu tanpa melupakan adat istiadat leluhurnya, Jawa.
Kenneth, ayah Kluivert dikenal sebagai pesepakbola legendaris di Suriname. Darahnya sebagai pesepakbola diturunkannya kepada anaknya, Kluivert yang kemudian melegenda pula di dunia persepakbolaan Belanda hingga mampu membawa kesebelasaan Ajax Amsterdam menjadi juara Liga Champion tahun 1995 dengan gol tunggalnya di final melawan AC Milan.
Beban berat kini diletakkan di pundak Kluivert. Asa bangsa Indonesia,sepenuhnya tercurah kepadanya, minimal untuk membawa Timnas Garuda dapat mendampingi kesebelasan Jepang menembus Piala Dunia tahun 2026. Untuk memenuhi asa para pecinta sepak bola itu, Kluivert harus mampu mengalahkan kesebelasan Australia dan Bahrain bulan Maret mendatang.
Amnesti atau Asimilasi ?
Memang, di pertengahan Januari ini, asa bangsa sedang tertuju kepada 2 tokoh sentral. Kluivert yang digadang gadang akan mampu mengharumkan nama bangsa melalui si kulit bundar. Ia merupakan tokoh pendatang menggantikan pelatih STY dari Korsel yang dianggap kurang mampu mengawal asa bangsa, bangsa besar seperti Indonesia.
Menjelang 100 hari pemerintahannnya di penghujung Januari ini, masyarakat bertanya tanya pula apakah Prabowo yang terpilih sebagai Presiden RI ke-8 itu, mampu memenuhi janjinya sebagaimana tertuang dalam Asta Citanya ? Khusus dalam hal upaya memperkuat reformasi politik,hukum dan birokrasi,serta memperkuat pencegahan dan pemberantasan korupsi dan narkoba, misi Presiden itu belum lagi menunjukkan tanda-tanda akan tercapai.
Para pembantunya, para Menteri dan wakil-wakilnya masih diselimuti kegamangan, untuk mewujudkan kehendak sang Presiden. Rencana amnesti terhadap 40.000 narapidana dalam rangka mengatasi overcrowding penjara, hingga kini masih kabur, Timbul keraguan, apakah amnesti yang membutuhkan kesepakatan wakil-wakil rakyat di Senayan yang akan dilaksanakan atau cukup dengan asimilasi saja ? Pertanyaan lebih lanjut, narapidana apa saja yang akan di masyarakatkan itu ? Koruptor, pengedar atau pecandu Narkoba ? Hingga kini, belum juga ada ketentuannya.
Seandainya, asa yang diletakkan di pundak Kluivert tak terwujud, mungkin masyarakat hanya mencibir tapi tidak demikaian halnya dengan asa bangsa yang dipikul oleh Prabowo.
Rakyat menanti realisasi Asta Cita yang dikumandangkannya. Semoga asa rakyat tak berakhir dengan kekecewaan.