Selasa, 11 Februari 2025 15:09

Oleh: Widi Garibaldi

Seorang remaja puteri, yang sudah duduk di sekolah lanjutan atas, pada suatu ketika ditanyai oleh Gubernur Jawa Barat terpilih Dedi Muliadi.Karena pertanyaannya mudah, tentu jawabannyapun tak akan sulit. Apalagi bagi siswa sekolah lanjutan atas. Begini pertanyaannya. Setahun berapa bulan ? Dua belas jawab yang ditanya dengan lancar. Kalau 2 tahun berapa bulan ? Begitu pertanyaan datang menyusul. Jawabannya, mudah bukan ? Tinggal kalikan dua. 2 x 12 = 24 Nah, ternyata siswa SMA itu tak dapat menjawab. Ia berpikir “setengah mati”. Angka 24 itu tak pernah terpikir untuk dapat meluncur dari mulutnya.

“Parah budak SMA ayeuna mah….matematikana”, begitu simpulan sang Gubernur Jabar terpilih yang bakal dilantik tanggal 20 nanti. Simpulan tadi diperolehnya setelah berulangkali mendesak sang remaja agar dapat memberi jawaban yang benar. Baginya, simpulan ini merupakan gambaran yang umum dari siswa-siswa sekolah lanjutan atas, dewasa ini. Di sekolah, jarang berhitung. Yang digeluti hanyalah alat temuan Martin Cooper pada tahun 1973 yang semula dikenal sebagai Dynamic Adaptive Total Area Coverage dan kemudian akrap dikenal sebagai HP. Dengan alat ini, mereka dapat memperoleh sesuatu atau menjangkau sesuatu dengan sangat mudah. Buat apa capek-capek berhitung kalau hasilnya dengan mudah diperoleh dengan memakai kalkulator HP ? Bukan hanya urusan hitung menghitung. Jawaban apapun yang mereka inginkan sebenarnya dapat mereka peroleh dengan menggunakan alat yang amat praktis ini.

Mungkin, tak pernah terpikir oleh si pencipta bahwa alat yang amat praktis itu akan mengakibatkan ketergantungan yang sangat bagi si pengguna. Manakala seluruh liku-liku kehidupan diserahkan kepada alat tadi, tidaklah mengherankan kalua IQ sang pengguna sulit berkembang.Karena itu, jangan heran kalau ada siswa SLA yang tidak mampu menemukan jawaban 2 x 12 itu berapa. Jangan pula heran, kalau ada siswa SLA yang sampai tidak faham “binatang apa” itu MPR. Bahkan, banyak yang ditanyai tidak mengetahui MPR itu akronim dari suku kata apa. Lebih jauh lagi, jangan bersedih kalau mengetahui bahwa jawaban para siswa itu hanya gelengan kepala ketika kepada mereka ditanyakan siapa nama pahlawan nasional dari daerahnya. Bukan hanya tidak tahu, ternyata mereka sudah tidak perduli dan merasa tidak perlu untuk mengetahui siapa dan bagaimana ihwal perjuangan sang pahlawan.

Batasi Usia Pengguna

Pengaruh HP bagi putera puteri kita sudah sangat daria alias serius. Adalah percuma memerangi stunting hanya dengan MBG, makan bergizi gratis saja. Dengan MBG memang dapat diharapkan pertumbuhan anak baik otak maupun anggota tubuhnya tidak akan mendapat hambatan sehingga IQ manusia Indonesia yang saat ini tercatat hanya 78,49 pada waktunya akan berubah, sehingga tidak perlu lagi ada yang sampai hati memperbandingkannya dengan IQ binatang ….. gorilla.

Betapa rendahnya IQ manusia Indonesia itu sungguh memilukan hati. Dapat dibayangkan apa yang terjadi manakala manusia yang memiliki IQ serendah itu, kehidupannya tergantung kepada HP. Belum lagi akibat negatif yang ditimbulkannya, membawa si pengguna ke dunia yang belum waktunya untuk dijelajahi. Karena itu,penggunaan HP harus diatur agar membantu kehidupan bukan justru menghancurkan masa depan putera puteri kita.

Sudah waktunya membatasi usia pengguna HP di Indonesia. Kalau tidak sekarang kapan lagi ?




Sumber:

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Penulis
Exit mobile version