KORANMANDALA.COM – Koalisi Indonesia Maju (KIM) makin tambun saja. Partai Demokrat sudah resmi menyatakan bergabung. Itu berarti ada 4 partai Parlemen (Gerindra, PAN , Golkar, dan Demokrat) plus partai non parlemen (PBB,Gelora,PSI, Prima dan Garuda).
Alhamdulillah.
Tapi jangan salah, banyak teman tak linier, tidak bergaris lurus dengan kemenangan. Bisa saja tumbang.
Bermain logika saja, orang gemuk/ obisitas itu letoy. Jalan saja susah. Kenyataannya, KIM itu deklarasi saja belum. Masih sibuk berebut posisi, terutama urusan siapa jadi cawapres.
Baca juga: Ini Rincian Formasi yang Dibuka Oleh Mahkamah Agung Pada Tes CPNS 2023, Ada Lebih Dari 1000 Kuota?
Ini syarat mutlak ( satu paket ) yang harus ada pada waktu daftar ke KPU. Ada beberapa nama yang harus seksama dan dengan perhitungan yang cermat.
Dul Poinnya itu Cawa harus mendukung kemenangan. Itu tujuan utama nyalon.Kudu meunang. Masa, cuman mejeng doang.
Setidaknya sekarang ada 4 nama yang harus dipilih yang mana yang meni. Ada Airlangga Hartarto, Golkar, Erick Thohir (diusung PAN) Agus Harimurti Yudhoyono AHY (Demokrat) dan Prof.Dr. Yusril Ihza Mahendra (PBB).
Jika Prabowo tetap taqlid pada dalil bahwa pemilu itu padat sangu ( bekal/ cien) dia harus ajak Erick Thohir. Isi tas menteri BUMN itu lumayan merekis. Ada sekitar Rp,2,3 ton. Diatas Prabowo sendiri malah (Rp2,03 ton). Elektabilitas Erick juga lumayan. Diatas Airlangga dan Yusril, hampir sekelas dengan AHY.
Baca juga: Isu Penduetan Ganjar Pranowo – Prabowo Subianto, Cep Otong: Koalisinya Pada Lemah?
Karena kebanyakan kandidat itu Prabowo, lendeng. Pusing dua belas puteran. Buktinya, belum deklarasi. Padahal Belanda sudah dekat.
Pendapat bahwa banyak balad, belum tentu menang antara lain disampaikan oleh
Direktur eksekutif Nusa.Com Pratama Institut, Ari Junaidi.
Menurutnya pada pelaksanaannya, dalam pemilu, parpol seringkali terjebak ego sektoral, memenangkan partai.
Soal capres yang mereka dukung, peduli amat. Emang gue pikirin ?
Baca juga: Disiplinkan Publik Berlalu Lintas, Astra Punya Trik Terbaru
Direktur eksekutif Institut for Democratie affair, Ahmad Choirul Umam bilang, logikanya Prabowo Subianto harus menang jika parpol pendukung bisa memutar mesin politik dengan baik dan linier antara kepentingan parpol dengan tokoh Capres yang didukungnya.
Dengar pula pengakuan Jusuf Kalla. Mantan wapres 2 kali ( ke 10 dan 12) itu, berdasarkan pengalaman yang dilaluinya antara parpol dengan capres tidak selalu simetris.
Parpol yang mengajukan tapi yang memilih kan rakyat. Terserah mereka lah.
Waktu JK tahun. 2004 nyawapres bersama SBY hanya didukung 4 partai dengan 11 persen. Tapi kemenangannya mencapai 60 persen.
Baca juga: PT Unique Apparel Indonesia Gelar Loker 4 Posisi Untuk Tamatan SMP, SMA SMK, Cek Jadwal Walk In Interviewnya
Terus waktu 2009, pecah kongsi dengan SBY, JK nyalon bersama Wiranto. Dalam kertas dukungan 20 persen, tapi fakta, suaranya hanya 11 persen dan keok oleh pasangan SBY – Budiono.
Nah apakah di 2024, Prabowo Subianto dengan dukungan 39,4 persen (261 kursi) bisa menang ? Belum tentu, bisa bisa tumbang, kata Choirul Umam.
Nah tuh, hati hati mas Bowo. (Dedi Asikin)
Penafian: Opini di atas murni adalah tanggung jawab penulis. Redaksi Koran Mandala hanya sedikit melakukan penyuntingan tanpa mengubah logika dan makna tulisan.