Oleh : Dedi Asikin
Menyambut hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober, beberapa teman di grup Ngadu Bako ngajak kumpul-kumpul hanya untuk ngopi-ngopi.
Selain obrolan soal Sumpah Pemuda, ada juga mencolek soal Gibran Rakabuming Raka yang baru saja resmi daftar ke KPU, sebagai Cawapres Prabowo Subianto.
Ada yang bilang saatnya anak muda diberi panggung.
Tapi anak muda yang bagaimana ?
Baca Juga: Ada ‘Mahkamah Keluarga’ di Google Maps, Alamatnya Persis Seperti MK
Tentu bukan yang instan, ujug-ujug jadi Cawapres. Pengalaman jadi walikota saja baru dua tahun. Itupun berkat dongkrak ajaib, lantaran didorong relasi kuasa ayah tercinta.
Dengar kata Panda Nababan, Politisi senior PDIP itu bilang, tahun 2020 menjelang pilwalkot Solo, sebenarnya, PDIP sudah memutuskan akan mengusung Teguh Prakosa (waktu itu ketua DPRD).
Tapi lantaran Presiden Jokowi mungkuk-mungkuk kepada ibu Ketum Megawati, minta agar Gibran yang diusung, keputusan pun berubah jadi GRR. “Hampir terjadi konflik internal,” kata Panda.
Baca Juga: Amien Rais Sebut MK sebagai Mahkamah Bejat yang Penuh Khianat
Belakangan berkat akrobat Ketua MK, Anwar Usman, tak lain suami Idayati adik kandung Presiden Jokowi, mengatur keputusan MK (yang kontroversial), GRR dengan mudah melenggang ke kontestasi pilpres 2024.
Yang lain (grup Ngadu Bako) bilang, selain soal akal-akalan yang diduga dikemas secara nepotisme juga ditengarai anak muda itu alfa membangun etik dan moral.
Menurut KBBI, etika itu ilmu tentang baik dan buruk, keseimbangan antara hak dan kewajiban, tata cara bersikap sehingga diterima secara baik oleh lingkungan sekitar.