Oleh : Dedi Asikin
Kecewa, gundah dan marah, itulah suasana kebatinan banyak rakyat penghuni Nusantara ini. Mungkin juga ada dengki dan iri hati.
Dor, dor, dor, dentaman palu ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman menjadi penyebab suasana gaduh yang seketika.
Tak perlu diulas, semua sudah jelas. Keputusan itu berbau nepotik dan hanya bermanfaat buat seseorang saja.
Tak lain dan tak bukan sang keponakan yang mendadak menemukan jalan, keluar dari kebuntuan.
Baca Juga: ‘BOCOR’, Putusan MK Soal Batas Usia Capres-Cawapres, 5 Hakim Setuju, 4 Dissenting Opinion
Mereka yang seketika, hati nurani, rasa kepatutan dan keadilannya terusik datang dari berbagai tempat, komunitas dan entitas.
Dari rakyat kasta bawah di desa-desa nun jauh di sana sampai elit, politisi, pengamat dan pejabat.
Ada mahasiswa yang seketika turun ke jalan, ada 18 komunitas yang menggugat pelanggaran etik ke Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK).
Baca Juga: Jokowi Sedang Bangun Dinasti Politik?
Ada 16 Guru Besar dari berbagai Perguruan Tinggi yang juga mencela putusan MK itu.
Ada emak-emak yang iri hati yang anaknya susah mencari kerja, sekedar jadi office boy saja, bukan mimpi jadi Cawapres.
Ada yang menuntut MK dibubarkan saja (yang itu malah salah satunya datang dari Arief Hidayat, Hakim konstitusi MK).