Baca juga: Pria Paruh Baya Ditemukan Meninggal dan Hampir Membusuk di Garut
Ketika raja Willem III sedang bingung suringung, muncullah ide dari Jendral Van den Bosch yang disebut tanam paksa atau cultuurestelsel.
Ketika ide itu disodorkan kepada kangjeng raja, boss besar itu anggukan kepala tanda oke.
Ide dasarnya tanam paksa itu adalah melibatkan rakyat (terutama para petani) di Hindia Belanda melakukan penanaman komoditas pertanian yang bisa dijual di pasar Eropah terutama tanaman perkebunan seperti teh, karet dan kakao).
Van den Bosch kemudian diangkat menjadi Gubernur Jendral Hinda Belanda (Indonesia). Tahun 1830 pak Gubernur Jendral itu berangkat ke Betawi.
Tanpa menunggu peraturan tentang tanam paksa, dia langsung tancap gas melaksanakan.
Aturan dalam bentuk Staatsblad baru keluar tahun 1834. Sebenarnya Staatsblad 22 tahun 1834 isinya baik dan adil:
– Program itu bersifat sukarela tanpa memaksa,
– Para Bupati dan kepala desa diminta untuk menyampaikan program itu kepada masyarakat khususnya para petani,
– Lahan yang digunakan program tidak melibihi seperlima (20%) dari luas lahan yang dimiliki,
– Volume atau sifat pekerjaan tidak lebih berat dari penanaman tanaman pangan,
– Lahan yang digunakan program tidak dikenai pajak,
– Jika gagal tidak disengaja, ditanggung pemerintah. Tapi dalam pelaksanaannya banyak sekali perbedaannya.
– Bersifat memaksa. Tidak diketahui apakah itu ide para bupati dan kepala desa. Di zaman kolonial itu banyak pejabat pribumi yang kadang lebih kejam dari kolonialnya sendiri.Licik dan kadang koruptif,
– Lahan yang digunakan melebihi seperlima,
– Volume atau sifat pekerjaan lebih berat dari menanam tanaman pangan (padi dan lain-lain),
– Pajak atas lahan yang digunakan tetap dikenai pajak.
Akibatnya para petani mengeluh. Bukan mengeluh lagi menjerit itu mah. Mereka banyak yang kekurangan makan. Sengsara dan kelaparan.
Sebaliknya pihak penjajah keenakan. Biaya perang dan utang teratasi. Tapi penderitaan rakyat di tanah jajahan tidak terperikan.
Mereka tak hirau. Rasain luh,EMG ? Itulah nasib manusia lemah dan terjajah. Mana ada penjajah baik hati. Jujur dan adil.
Manusia terjajah, mana bisa hidup senang. Yang ada derita dan sengsara.
Ne wis merdeka ? Podo wae, dijajah bangsa dewek. hehehe. (*)