KORANMANDALA.COM – Deretan bendera partai politik terpasang di pinggir jalanan Kota Bandung.
Tak hanya bendera partai, gambar-gambar caleg pun seolah tak mau kalah. Mereka mejeng berlomba mencari simpati.
Sepanjang perjalanan dari rumah ke jalan Lodaya Bandung, hanya segelintir baliho caleg yang familiar. Selebihnya, blank ! Entah siapa mereka.
Bendera partai dan baliho caleg sudah mewarnai sudut-sudut kota Bandung. Pahahal pluit tanda dimulainya pertandingan belum dibunyikan. Masa kampanye Pemilu 2024 baru dimulai 28 November mendatang.
Para pemain seperti tak sabar. Grusak-grusuk inilah yang kemudian melecut tudingan laku lancung para pemain.
Kecurangan itu selalu muncul setiap 5 tahun sekali. Setiap kali pemilu digelar, ada saja peserta yang melakukan curi start.
Beberapa pekan silam publik dikejutkan dengan pemasangan Baliho Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berdiri kokoh di sudut jalan.
Baliho itu merata hampir di seluruh pelosok negeri ini.
Spanduk bergambar Kaesang itu marak ditemukan di sana-sini.
Rocky Gerung mengaku kaget melihat fenomena itu.
Dalam waktu semalam, baliho gede-gede terpasang di seluruh wilayah Indonesia.
Rocky, dalam chanel Youtubenya, mempertanyakan dari mana dana pemasangan baliho yang dinilai masif tersebut.
“Jadi Anda bayangkan, satu anggota keluarga difasilitasi sedemikain masif oleh kekuasaan dan aparat. Mana mungkin PSI sebanyak itu bisa pasang (baliho) se-Indonesia?” kata Rocky dalam video Youtube.
Mungkin hanya PSI yang mampu melakukan pemasangan Baliho merata di seluruh wilayah dalam waktu sekelebat.
Saya jadi teringat candaan Ujang, karibnya Cep Otong.
Ujang mengatakan bahwa yang memasang itu jin milik Bandung Bondowoso yang mampu membangun 1000 candi dalam waktu semalam.
Mungkin saja Ujang hanya bercanda. Bisa pula Ujang sedang memancing candaan lain. Maksudnya supaya tabir gelap itu terkuak menjadi terang benderang.
Kalau bukan jin Bandung Bondowoso, lantas siapa pelaku pemasangan itu ? Invisible man ?
Dugaan invisible man itu berkait kelindan dengan hiruk pikuk di Mahkamah Konstitusi (MK). Ada tanya tak terjawab. Siapa yang mengintervensi putusan MK ? Invisible man ? Entahlah !