Oleh : Tatang Suherman
(Pemimpin Redaksi Koranmandala.com, Pengurus PWI Pusat 2023-2028)
KORANMANDALA.COM – Dalam dunia sepakbola, ada sebutan sepakbola gajah (war elephant-gajah perang). Sebutan itu mulai muncul tatkala Indonesia bertemu Thailand pada laga terakhir fase grup Piala AFF tahun 1998.
Kedua tim tidak bermain secara fair play. Keduanya yang awalnya sama-sama sesumbar akan saling bungkam itu justru mempertontonkan permainan yang membosankan. Praktik curang ini dilakukan karena keduanya takut menghadapi Vietnam pada laga berikutnya.
Di Indonesia, sepakbola gajah juga pernah dipertontonkan ketika Persebaya Surabaya menjamu Persipura di Stadion Gelora 10 November 21 Februari 1988. Persebaya yang memiliki sejumlah pemain berkaliber bintang ini sengaja mengalah kepada Persipura. Tujuanya hanya ingin menghentikan laju PSIS Semarang dalam laga sepakbola perserikatan waktu itu.
Di dunia politik, pertandingan jelang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024 sudah terlihat secara kasat mata. Perseteruan antara Jokowi dengan PDIP menurut sejumlah pengamat adalah “perang-perangan”. Mirip seperti sepakbola gajah, Jokowi – Megawati yang sebagian pengamat menyebut sedang tegang, justru sejumlah pengamat lain menyebutkan keduanya sedang memainkan sepakbola gajah.
Untuk meyakinkan bahwa hubungan Jokowi dengan Megawati baik-baiknya, simak saja keterangan Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang menyebut jika hubungan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri tetap berjalan dengan lancar.
Berkali-kali Pramono Anung mengatakan bahwa hubungan antara Megawati dengan Jokowi cerah dan ceria. Ungkapan sejumlah petinggi PDIP yang meminta agar Gibran dan Jokowi mengembalikan KTA PDIP, pelan-pelan meredup. Faktanya baik Gibran maupun Jokowi, masih memegang KTA PDIP. Megawati pun lebih banyak diam, meski sempat mengkritik soal etika dan konstitusi.
Bisa jadi Mega sudah memaklumi tingkah laku Jokowi yang sedang melakukan strategi sekali mendayung dua tiga pulau terlampui. Dengan mengabaikan kritikan masyarakat, Jokowi mendorong Gibran untuk berpasangan dengan Prabowo. Jokowi pasrah namanya hancur, karena pertimbangannya karirnya sudah tamat. Tidak lama lagi dia akan meletakan jabatannya sebagai presiden.
Dalam perebutan kursi presiden dan wakil presiden pada Februari 2024 nanti, Jokowi setidaknya memiliki harapan besar. Yang pertama, Prabowo maupun Ganjar adalah calon yang jauh sebelumnya diusulkan Jokowi. Jadi siapa pun pemenangnya, menurut perhitungan Jokowi, akan tetap hormat pada dirinya. Yang kedua, tujuan mengganjal Anies akan terlaksana.
Tetapi apakah Anies-Muhaimin akan terganjal dalam pemilihan nanti? Apakah pasangan Amien habis di putaran pertama sehingga yang melenggang ke putaran kedua hanya Prabowo-Gibran melawan Ganjar-Mahpud MD? Wallahu A’lam Bishawab.- ***