Oleh : Dedi Asikin
KORANMANDALA.COM – Tujuh dua ketuaan, bau tanah. Tiga enam kemudaan, bau kencur. Itu sebuah postingan yang saya lihat belum lama ini. Pastilah itu menyindir Prabowo dan Gibran. Soalnya ada foto pasangan itu di atasnya.
Jadi bagaimana ini ?
Pertanyaan itu terlontar dari mulut Prabowo langsung. Ada nada marah yang terbaca diraut muka mantan Jendral bintang tiga itu.
Banyak orang bercakap, sebenarnya bukan persoalan usia. Joe Biden 82, Mahatir Muhammad 92 ketika kembali menjadi PM Malaysia. Oke oke saja tuh.
Juga bukan soal terlalu muda bagi pasangannya (Gibran Rakabuming Raka). Banyak kok pemimpin negara di luar sana yang masih milenial.
– Daniel Noboa , baru saja terpilih jadi presiden Ekuador. Pewaris pengusaha pisang Alvaro Noboa itu baru saja berusia 35 tahun. Lulusan Kennedy school itu mengalahkan lawannya Luisa Gonzales yang dengan jentel mengakui kemenangan Noboa.
– Gabriel Gobic, aktivis mahasiswa itu baru 37 ketika tahun 2021 terpilih jadi presiden republik Chile. Anak muda itu berjanji akan mengubah Chile menjadi negara hijau, sejahtera dan Egaliter.
– Nayib Bukele. Baru 37 tahun ketika menang pilpres Amerika Tengah tahun 2019.
Keberhasilannya memberangus geng jalanan mendapatkan apresiasi dari banyak masyarakat, meski menuai protes dari kalangan penganut HAM.
– Bahkan Muamar Muhammad Abu Minyar Khaddafi baru berusia 27 ketika mulai debutnya menjadi Kepala Revolusioner Republik Arab Libya.
Persoalannya adalah, Prabowo itu kesehatannya sudah tidak fit lagi. Psikologisnya tidak terlalu siap. Ia terkesan cepat emosi dan sering kali Jaka sembung.
Beberapa kali ditanya Nazwa Shihab ke kiri, jawabannya ke kanan.
Yusuf Kalla malah berpikir lebih ekstrim. Dia bilang, kalau Prabowo berhalangan tetap (wafat ?) Maka Gibran, sesuai konstitusi harus naik jadi Presiden.
Dalam sudut pandang mantan wapres 2 kali itu, Gibran belum cukup umur dan belum pantas.
Katanya, presiden Indonesia tidak boleh disamakan dengan negeri orang. Indonesia ini negara besar. Penduduknya hampir 280 juta tersebar di 17.541 pula dengan luas wilayah 6,32 juta km2.
Selain itu Kalla juga mengkritisi cara-cara yang ditempuh, kontroversi yang dibalut demokrasi.
Atas nama demokrasi, berarti orang yang baru satu hari jadi walikota saja bisa loncat jadi cawapres ? Emang tak elok juga tuh.
Tak salah pula kali, orang menyindir “yang satu bau tanah yang lain bau kencur”.- ***