Dia (teman Bambang itu) seorang pengusaha mebel di kota Solo. Lalu tahun 2008. LBP dipertemukan dengan orang itu. Ternyata tak lain dan tak bukan orang itu adalah Joko Widodo, yang waktu itu sedang menjadi Walikota Solo (2005-2010).
Gayungpun bersambut. Mereka sepakat menjalin kerjasama. Bahkan LBP menjadi pemegang saham PT Rakabu Sejahtera, sulapan dari CV Rakabu milik JKW. PT Rakabu Sejahtera itu dibangun dengan modal dasar Rp. 31 Milyar.
Saham terbesar dipegang Gibran Rakabuming Raka dan Toba Sejahtera hanya sebagai penyerta saja. PT Rakabu Sejahtera mengembangkan bisnisnya ekspor mebel separo jadi ke Amerika.
Di situlah hubungan mereka (JKW dan LBP) mulai dekat dan semakin melekat bagai lem biru. Pedih dan sakit jika dipisah secara rudapaksa.
Waktu JKW nyalon jadi Gubernur DKI Jakarta tahun 2012, LBP membuka jalan tol buat sahabat barunya itu. Begitu pun ketika wong Solo itu nyalon Presiden 2014, LBP ikut mensukseskannya. Sampai-sampai LBP harus “nyingcet” dulu dari Golkar yang waktu itu (2014) dibawah ketum Abu Rizal Bakrie, mendukung Prabowo Hatta Rajasa.
Dan lem biru pun semakin merekat erat kedua sahabat itu pasca JKW terpilih jadi Presiden. Waktu menyusun kabinet pertama, 21 Oktober 2014, sebenarnya JKW ingin memasukan LBP menjadi menteri.
Tetapi tiga orang tokoh menolaknya. Mereka adalah Megawati, Surya Paloh dan Jusuf Kalla. Tapi 15 Desember 2014, JKW memaksakan kehendaknya. LBP diangkat menjadi Kepala Staf Presiden. Sejak itu LBP tak pernah jauh lagi dari istana. Bahkan dia kemudian menjadi orang kepercayaan JKW.
Tahun 2015 (13 Agustus), LBP diangkat menjadi Menkopolhukam mengganti Tedjo Edhy Purdijatno. Tahun 2016 LBP pindah kursi menjadi Menko Maritim mengganti Rizal Ramli yang dicopot JOKOWI.
Setelah itu banyak sekali jabatan jabatan baik yang struktural dan bernomenklatur maupun jabatan jabatan ad hoc.
LBP sempat menjadi Menteri ad interim 2 Jabatan Menteri (Perhubungan dan KKP). Konon ada 13 Jabatan yang pernah diberikan JKW kepada LBP.