Oleh : Dedi Asikin
KORANMANDALA.COM – Kemarin saya memposting sebuah pesan Rosul, “Jika memilih pemimpin, jangan pilih calon yang menggebu gebu”.
Pesan itu disampaikan lagi oleh Prof Dr KH Quraish Shihab belum lama, tentu relevan dengan pilpres yang akan kita hadapi.
Tak lama teman saya Cecep Juhanda mengirim komentar, “Semua juga menggebu gebu kang”.
Bagi si Cecep, yang termasuk menggebu gebu itu selain yang bersuara lantang “pilihlah kami”, juga mereka yang membeli akal sehat rakyat dengan money politik.
Yang melakukan serangan fajar atau gerakan senja. Yang membagi-bagi selembar kertas bernominal rupiah atau sekantong sembako.
Mereka yang menebar sentimen bukan argumen. Mereka yang mengaku tidak mencari jabatan, tapi 3 kali keok masih mau nyalon lagi. Mereka yang satu tanya soal etika pencalonan, lalu dijawab yang lain “etiks, etiks endasmu ? Mereka yang kaget dan marah ketika apa yang diucapkan di tempat tertutup bisa diketahui banyak orang.
Mereka lupa bahwa di negeri ini tak ada rahasia yang dijamin aman. Kebocoran rahasia itu sudah biasa.
Dokumen penyidikan KPK pun bisa diketahui calon tersangka. Rahasia negara bisa sampai ke negeri orang dan lain-lain.
Itu semua relevan dengan menggebu gebunya calon pemimpin. Semangat yang menggebu-gebu itu bisa jadi entitas tipu menipu, bohong membohongi, saling caci dan maki.
Jangan kaget kang, tegas si Cecep Juhanda. Karena itu si Cecep membuat tafsir sendiri memaknai nasihat kangjeng Rosul itu.
Kemungkinan saya Golput saja kang, katanya.