Belakangan ledekan kepada GRR itu datang dari berbagai media asing.
Mereka memberi gelar kepada raja Surakarta itu sebagai Nepo Baby.
Apaan pula tuh. Secara bahasa, itu berarti bayi nepotis. Secara maknawiyah jalan politik GRR dilalui lewat rahim nepotisme. Lewat putusan (yang kontroversi) dari pamanda AU dan dukungan ayahanda yang Presiden.
Tapi GRR acuh baebeuh saja tuh. EGP, gitu kali yang ada dalam hati suami Selvi Ananda itu.
Biarkan gogog menggonggong kafilah tetap berlalu. Biarkan inlnader melawan, VOC tetap berjalan.
Sikap itu beberapa kali dia tegaskan ayahanda Jan Ethes itu, kepada para pendukung dan relawan.
Apaboleh buat. Ini cobaan dan fait a comply bagi bangsa Indonesia.
Tulisan ini sama sekali bukan soal pro kontra politik atau figur calon. Itu mah terserah masyarakat pemilik hak demokrasi.
Mau pilih siapapun. Ini mah sekedar pencerahan saja, siapa tahu bisa membangun kecerdasan.
Soal bahwa etika itu bukan endasmu, tapi soal moral dan hati.
Etika itu tata kehidupan yang bersumber dari morality. Ibarat sungai yang mengalir dari mata air di pegunungan yang jernih dan bersih.