Pemerintah (oknum) ASN, Polri dan TNI juga mulai dituduh tidak netral. Ada keberpihakan. Tapi sedari awal patut hati-hati memisahkan antara oknum dengan institusi.
Tengok nasib Aiman Wicaksono. Wartawan dan presenter “edun” itu dipolisikan (oleh Polisi). Dosanya hanya karena sebagai jubir Timses Ganfud (Ganjar Mahfud) terlupa menyebut (oknum) polisi, tidak netral.
Nah slip tongue itu jadi malapetaka. Polisi, sebagai institusi tidak terima dan ngambek. Lalu Aiman dipanggil dan dihuitverdom. Prosesnya sedang berjalan kini. Tak tahu kita bagaimana nasib dia kelak.
Makanya hati hati dalam bertindak. Niat baik saja tidak cukup untuk selamat. Ingin contoh yang kasat mata? Orang, niat baik memisah orang berantem saja bisa babak belur kena bogem kanan kiri. Seperti itulah tamzil yang tepat buat seorang Aiman yang Wicaksono.
Niat baik tapi kurang hati-hati. Bisa bisa dia jadi penghuni hotel prodeo nanti. Padahal Aiman yakin benar perkara polisi (saya sebut saja oknum, dari pada dipolisikan juga) tidak netral itu, terjadi.
Selain mendengar info dari sana sini (maklum aslinya dia pan wartawan, telinganya bisa jadi empat, kiri kanan, muka belakang), dia juga mendapat pengakuan langsung dari polisi (oknum), yang menyebut mereka diperintah komandan untuk menyusup ke tengah tengah masyarakat calih(calon pemilih) agar nanti 14 Febuari 24 mencoblos paslon tertentu.
Tak usah disebutkan disini, paslon norut berapa yang dimaksud. Apal meureun.
Tetapi ketika sudah jadi perkara, Aiman sulit memberi bukti. Tak mungkin polisi (oknum) yang memberi testimoni itu dia sebutkan. Selain kode etik profesi, Aiman juga sadar dia cuma dititipi tinju doang. Banyak sumber informasi yang tidak berani unjuk muka. Dan untuk itu Aiman atau siapapun, harus menutup rapat rahasia sumber itu, kecuali nanti diperintahkan hakim di pengadilan.
Sekarang isu kecurangan itu sudah kian menjalar kian kemari, makin panjang, bagai ular naga.
Tuduhan bukan lagi antar pemain tetapi sudah mengarah kepada wasit dan hakim garis. KPU dan Bawaslu sudah mulai disebut sebut tidak netral, tidak jurdil.