Kalau berhasil kenapa kita masih mengimport beras. Tahun 2023 kita mengimport 2 juta ton beras. Tahun 2024 direncanakan akan impor 3 juta ton. Selain beras kita juga mengimport singkong, tahun 2023, 385 ribu ton.
Sebenarnya Indonesia ini penghasil singkong terbesarnya dunia, kedua setelah China. Produksi singkong kita telah mencapai 20 juta ton di setiap tahun.
Tapi kebutuhan kita akan ubi kayu itu lebih besar. Salah satunya karena singkong itu bisa diproduksi menjadi bahan mie instan.
Harap tahu, masyarakat Indonesia ini, ternyata pelahap mie instan nomor dua terbesar di dunia, juga setelah China.
Soal ketidak berhasilan tanam singkong itu, jangan ditanyakan kepada Prabowo Subianto. Dia yang merupakan leading sektor penanaman singkong dalam rangka food estate itu, marah dan menuding itu fitnah.
Padahal katanya 6 trilyun anggaran yang dia kelola untuk tanam singkong itu, tidak jelas pertanggung jawabannya.
Presiden Jokowi tidak menolak sama sekali tuduhan gagalnya program urusan isi perut itu. Dia mengatakan bukan gagal, cuma belum berhasil dengan baik sesuai target.
Menurut dia menanam sesuatu yang baru itu biasanya tidak langsung berhasil. Ada masa percobaan, untuk melihat kecocokan antara tanaman dengan unsur tanah. Pada penanaman berikut biasanya hasilnya lebih baik.
Kalau soal kekurangan produksi untuk kepentingan domestik, menurutnya, itu lantaran setiap tahun jumlah penduduk bertambah 4,5 juta orang, sehingga kebutuhan pangan juga setiap tahun bertambah.
Ternyata, presiden tetap bersikukuh untuk meneruskan program itu. Buktinya APBN tetap menyediakan anggaran untuk food estate.