KORANMANDALA.COM – Ada sebuah Hadits (Bukhari dan Muslim) yang sudah populer di kalangan masyarakat. Asal Muslim, dewasa, atau mungkin, sedikit anak yang rada-rada jenius, pernah mendengarnya.
Bunyinya begini :
“Jika sesuatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kehancurannya”.
Sesungguhnya hadits itu sudah tidak ori lagi. Sudah dimodifed, diimprovisasi. Tidak jelas gawe siapa itu. Bunyi aslinya sesungguhnya begini, “Jika sesuatu perkara diserahkan bukan kepada ahlinya tunggulah hari kiamat. Kata kiamat diimprove menjadi kehancuran. Sesungguhnya analog juga, karena kiamat juga secara maknawiyah bisa berarti kehancuran, dunia dan seisinya.
Dengan tulisan ini saya ingin mencoba membuat koherensi antara hadits dengan kenyataan yang terjadi. Yaitu ketika tentara ditugasi menanam singkong, pastilah berantakan. Tentara itu akhli manggul bedil bukan manggul pacul.
Beberapa media memberitakan bahwa proyek penanam singkong telah mengalami kegagalan. Salah satunya terjadi di kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah.
Dan itu berkaitan dengan program food estate atau lumbung pangan nasional yang digagas Presiden Jokowi April 2020. Lalu dilaksanakan secara serentak dan gurung gusuh, atau kecepatan.
Mungkin sakin terburu buru seolah dikejar musuh ada pejabat yang ditugasi, tidak sesuai dengan tupoksinya.
Masa Mentri Pertahanan disuruh nanam singkong. Dia itu pan tentara. Tentara murni, profesional. Dari pasukan elit, Kopassus lagi.
Sekedar ditunjuk jadi kordinator atau penanggung jawab sih oke oce saja. Karena presiden Jokowi kan berkilah tugas itu relevan karena food estate juga masalah ketahanan (pangan).
Ini tentu saja dianggap tidak sesuai dengan tupoksi dan termasuk bukan ahli. Gimana yang kuasa sajalah. Berdebat juga percumah, pasti kalah. Apalagi, dulu mah pan ada adagium “the president can do not wrong”.