Waktu kami berbincang di grup diskusi Ngadu Bako, Wheam Asikin (tak ada hubungan biologis dengan saya, bercanda juga.
Kalau mau sukses program Food estate, Jokowi juga harus meniru ilmu (otak) dan kejujuran (watak) nabi Yusuf.
Nabi Yusuf itu selain memiliki kemampuan, (meramal dengan baik dan tepat), juga punya tabiat jujur. Jadi ada pertautan antara otak dan watak, kata si Wheam. Sok tahu dia.
Setelah terdampar ke Mesir gara-gara konflik keluarga, Yusuf juga (karena fitnah) sempat masuk penjara.
Pada suatu ketika raja Mesir bermimpi. Lalu dikumpulkanlah para cerdik pandai dan para ahli nujum.
Lalu raja (waktu itu belum disebut Firaun), menceritakan mimpinya, yaitu, melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk gemuk, dimakan tujuh sapi betina yang kurus kurus, dan tujuh butir gandum yang hijau dan segar serta tujuh bulir yang kering kerontang.
Raja meminta para cerdik pandai serta tukang nujum itu, menafsirkan makna mimpi itu.
Ternyata tak ada seorang pun diantara mereka yang mampu.
Mereka bilang, itu mimpi kosong yang tak ada maknanya. Lalu seorang punggawa kerajaan teringat pada seorang bernama Yusuf yang pernah meramal mimpinya dan tepat.
Sang raja memerintahkan memanggil Yusuf yang sedang menjalani hukuman di penjara.
Dengan kecerdasan yang dimilikinya, Yusuf memaparkan makna atau takwil mimpi sang raja.
Katanya akan terjadi masa/musim penghujan yang membuat tanah subur, selama tujuh tahun. Tapi kemudian akan terjadi masa gersang dan paceklik selama tujuh tahun dan rakyat akan kekurangan
makanan.