Oleh : Dedi Asikin
KORANMANDALA.COM – Sulit menafikan anggapan bahwa debat capres ke tiga minggu malam lalu masih diwarnai nesu (emosi). Tak berbeda dengan debat capres ke satu, bulan lalu ( 12 Desember 23).
Mungkin banyak penyaksi (yang punya nurani) di dalam maupun di luar Istora Senayan kecewa dibuatnya.
Adu sentimen terasa lebih banyak dari pada adu argumen.
Capres norut 2 (Prabowo Subianto) tampak terpacu emosi ketika Anies Baswedan (Capres norut 01) menyinggung soal pemilikan lahan PS seluas 340 ribu hektar.
Mungkin pertanyaan itu yang dianggap menyerang personal. Padahal ungkapan itu dimaksudkan Anies untuk menunjukan ketidak adilan dengan nasib prajurit yang masih banyak yang cost atau ngontrak.
Lagi pula Anies cuma copy paste pernyataan Joko Widodo dalam debat capres tahun 2019.
Prabowo dengan raut muka yang meradang, menyebut “data anda tidak akurat saudara profesor Aniessssss”.
Kalimat dengan tekanan tinggi itu menunjukan sikap sinisme dan sedikit “ngenye”. Padahal PS tahu bahwa Anies Baswedan, sesungguhnya belum Profesor.
Ketika ditanya media kenapa PS tidak berjabat tangan (salaman) dengan capres norut 1, PS menjawab dengan sikap arogan, “Saya lebih tua, saya lebih senior”.
Subhanallah, prasa apapula itu kalau bukan sebuah keangkuhan.
Anies sendiri ketika ditanya hal yang sama mengaku sudah mencari tapi sudah tidak ada.
Memang tampak dilayar kaca, PS itu setelah sempat bersalaman dengan Ganjar Pranowo, langsung ngaleos tanpa adios dan permios.