Oleh : Dedi Asikin
KORANMANDALA.COM – “Nenek moyangku sorang pelaut, Gemar mengarung luas samudra,
Menerjang ombak tiada takut, Menempuh badai sudah biasa”.
Itu adalah sebait lagu ‘Nenek moyangku” ciptaan Ibu Sud.
Lagu itu dicipta tahun 1940. Waktu di SR tahun lima puluhan, kami biasa dan senang menyanyikan lagu itu.
Apalagi saya yang termasuk “buah laut”. Rumah kami hanya berjarak 10 km dari bibir pantai lautan Hindia. Hampir seminggu dua kali saya bermain di bibir pantai laut selatan itu.
Ayah adalah pedagang keliling yang rutin berjualan di pasar Cipatujah dan saya sering ikut untuk bermain di tepi pantai.
Indonesia dikenal selain negara agraris juga negara maritim. Lautnya mencapai 6,4 juta km persegi, terluas di dunia. Panjang pantainya 108,8 ribu km juga terpanjang di dunia.
Setidaknya ada 5 dari 1.340 suku bangsa Indonesia yang dikenal sebagai pelaut ulung, yang seperti kata ibu Sud, senang mengarung luas samudra.
Ada Suku Bugis di Sulawesi Selatan. Mereka tinggal di kabupaten Luwu, Bone, Soppeng, Sidrap, Pinrang dan Sinjai. Suku ini terkenal karena berhasil mengelilingi dunia dengan kapal Pinisi, kapal kayu yang mereka buat sendiri.
Lalu suku Bajau atau Bajo. Suku ini asalnya migran dari Phililpina. Mereka sekarang tersebar menempati beberapa daerah di Indonesia. Ada di Kalimantan Timur dan Tengah , NTT, NTB, Sulteng dan Sulsel.
Ada hal istimewa tentang mereka. Mereka hidup di atas rakit di sungai atau selat. Hanya sesekali keluar rumah, pergi ke pasar atau berdagang.
Di Jawa Timur ada suku Bawean. Mereka tinggal di pulau pulau kecil di Utara Jawa Timur.
Lalu ada suku Biak di Papua, suku Mandar di Sulawesi Selatan dan suku Sriwijaya di Sumatera Selatan.