KORANMANDALA.COM – Bale Endah itu identik dengan banjir. Sudah jadi trademark rupanya.
Dulu saya bila bertemu orang dimana saja, lalu saya bilang tinggal di Bale Endah, spontan mereka hampir berteriak “banjir yah”.
Biasanya saya cuma bisa nyengir kambing, sambil sedikit menggigit bibir. Ada rasa, ngenye tuh orang.
Kadang jika ada kesempatan, saya suka jelaskan, Bale Endah itu sebuah kecamatan. Ada tujuh kelurahan di sana. Yang suka terendam banjir itu hanya satu atau dua kelurahan saja. Bahkan sesungguhnya di Bandung Selatan itu ada kecamatan Dayeuhkolotkolot dan Bojong Soang yang juga suka dilindas air banjir.
BACA JUGA: Banjir Braga Bandung, 11 Rumah Rusak Berat 29 Alami Rusak Ringan
Membaca kabar tentang banjir yang kembali menerjang, Bale Endah dan Bandung Selatan lainnya, saya jadi teringat sosok seorang tokoh yang pernah berkeringat keringat, membangun Bale Endah.
Dia adalah almarhum Kolonel Purn Dr. H. Lili Sumantri. Bupati Bandung (1969-1980) itu telah bertekad dan berbuat menjadikan Bale Endah sebagai ibukota Kabupaten Bandung.
Sudah 90 persen perangkat kerja Pemerintahan pindah ke Bale Endah. Juga gedung DPRD telah menempati gedung berlantai tiga.
Waktu itu hanya ruang kerja Bupati dan kantor Satpol PP yang masih berada di Balong Gede kota Bandung.
Saya ada beberapa kali bertemu pak Lili. Salah satunya ketika banjir besar melanda Bale Endah tahun 1985 dan setelah pembatalan Bale Endah jadi ibu kota.
Saya bertemu pertama di rumah pribadi Jl. Progo dan dilanjut di (juga rumah pribadi) Bale Endah.