Unjuk dada dia. Maklum mantan soldado. Ada darah perang dalam kepalanya.
Bagi saya meski rada rada gak percaya, tapi itu bukan mustahil sama sekali. Memang kita tidak punya budaya mundur tapi kita punya pengalaman seperti itu.
Tahun 1998 di tengah-tengah hebatnya perjuangan menurunkan Presiden Suharto, tiba-tiba 14 menteri menyatakan mundur.
Mereka adalah Akbar Tandjung (Menteri Perumahan Rakyat), AM Hendropriyono (Transmigrasi dan pemukiman perambah hutan), Giri Suseno (Perhubungan), Haryanto Danutirto (Pangan dan Holtikultura), Ginanjar Kartasasmita (Menko Perekonomian), Kuntoro Mangkusubroto (Pertambangan dan Energi), Yustika Baharsa (Pertanian), Rahadi Ramelan (Penelitian dan Teknologi), Subianto Tjakrawerdaya (Koperasi dan Pengusaha kecil), Sanyoto Sastro Wardoyo (Investasi/Kepala BKPM), Sumahadi (Kehutanan dan Perkebunan), Theo Sambuaga (Tenaga kerja) Tanri Abeng (Pendayagunaan BUMN) dan Rahadi Bambang Sumadhiyo (Pekerjaan Umum).
Robert Edward Ellison, penulis buku biografi Suharto A political Biografhy (2017) menyebut Suharto terkejut dan terpukul. Padahal waktu itu Suharto sedang menyusun kabinet reformasi.
BJ Habibie dalam buku “Detik Detik yang Menentukan” mengaku sempat mencegah mereka mundur. Tapi mereka tetap pada keputusannya, mundur massal.
Karena sikap para menteri itu serta desakan 100 ribu mahasiswa di atas atap gedung DPR, akhirnya Suharto mundur tanggal 21 Mei 1998.
Yang terbayang dalam isi kepala saya, jika isu yang diungkap Faisal Basri itu benar, jangankan 15 orang. Dua orang saja (Sri Mulyani dan Basuki) akan membuat Jokowi klepek-klepek, tidak pingsan saja untung dia.
Kalau tidak ada SMI, Jokowi pasti bingung, kemana cari utangan ? SMI Menkeu terbaik sedunia itu memang jagoan cari pinjaman. Maklum dia kan mantan pejabat IMF dan Bank dunia.
Lalu, jika Basuki hengkang terhentilah proyek infrastruktur. Terlebih satu satunya impian Jokowi, bangun dan pindah IKN.