Oleh : Dedi Asikin
KORANMANDALA.COM – Diskusi Ngadu Bako, Senin kemarin riuh rendah. Penuh canda dan tawa. Bahkan terpingkal pingkal sampai perut mules.
Topik bahasan kali ini adalah debat Cawapres ke satu dan kedua. Tapi tak hanya itu. Kasus asam folat ketukar asam sulfat juga diungkap. Gak bahaya ta ? Masa janin dikasih zat korotif ? Lalu soal ternak uang di kebon binatang. Hahaha, hohoho.
Dalam debat yang Cawapres yang kemarin (Minggu 21 Januari) dibahas soal Gibran ngenye profesor Mahfud serta menyinggung catatan Muhaimin Iskandar.
Si Boys clangak clinguk menirukan gaya Samsul, eh Gibran, mencari jawaban profesor Mahfud MD. Padahal pertanyaannya sendiri yang tidak jelas, masa soal ekonomi hijau jig jig ke demo rompi kuning di Prancis. Itu mah demo menentang kenaikan harga bahan pokok dan kenaikan BBM.
Sombong amat tuh anak. Masa ke profesor dan orang tua segitunya. Tidak ada etika dan sopan santun.
Memang dalam hal Cawapres sederajat, tetapi juga tetap harus menghormati derajat keilmuan dan usia.
Ketika dia nyindir cak Imin membuka catatan, politikus ulung malah balik menyindir.
“Asal bukan membuka catatan Mahkamah Konstitusi saja”. Serangan balik itu cuma membuat GRR planga plongo saja.
Ternyata dibalik kesombongan itu, isi kepalanya kosong. Banyak blunder yang terjadi. Misalnya ketika profesor Mahfud bertanya soal food estate, dia menyebut di gunung Mas Kalimantan Tengah menanam jagung berhasil. Padahal program semula di gunung Mas itu menanam singkong. Ketika singkong tak tumbuh diganti dengan jagung, itupun ditanam dalam polybag.
Dia juga bilang menanam sesuatu produksi pertanian itu tak bisa sekaligus. Penanaman pertama, kedua dan ketiga mungkin belum berhasil, baru tanam keenam ketujuh dan seterusnya.