Oleh : Dedi Asikin (Wartawan Senior, Pengamat dan Aktivis Sosial)
KORANMANDALA.COM – Ada banyak orang kecewa, marah bahkan sedih. Mereka bilang Jokowi itu “buah labu ada di seberang”, lain dulu lain sekarang.
Dulu banyak orang bilang dia orang baik. Sederhana, pekerja keras dan merakyat. Itu mendekati ciri ciri pemimpin yang diisaratkan oleh rosulullah.
Kata beliau syarat atau ciri pemimpin yang baik itu adalah :
Siddiq = jujur, Amanah = terpercaya, Tabligh = aspiratif dan Fathonah = cerdas/mampu.
Sampai akhir jabatan periode pertama, meskipun dukungan rakyat sudah tidak bulat seperti bola pingpong tetapi lonjong seperti telur Brebes, tokh dia masih mendapat kepercayaan lagi terpilih untuk periode kedua.
Tapi menjelang hari-hari akhir dia mulai berubah. Sifat siddiq, amanah, tabligh dan fathonahnya mulai pudar. Dia banyak mengecewakan masyarakat. Egois otoriter, dan tidak konsisten dalam ucapan dan tindakan.
Banyak yang kecewa. Tak hanya kecewa dan marah, ada juga yang sedih dan menangis. Gubawan Muhammad salah satunya. Pendiri dan mantan pemimpin Redaksi majalah Tempo itu, menangis terisak-isak, di depan pemimpin Redaksi Kompas TV, Rosi Silalahi yang mewawacarainya. Peristiwa itu terjadi pasca Jokowi merestui putra cikalnya Gibran Rakabuming Raka menjadi Cawapres di pilpres 2024.
Dia (GM) mengaku, sejak 2014 berdiri tegak lurus percaya dan mendukung Jokowi. GM juga mengaku, sempat minta bantuan seorang teman yang punya akses cepat bertemu Jokowi untuk membatalkan dukungan kepada anaknya itu. Dan katanya Jokowi mengiyakan. Tapi kenyataanya dia tetap merestuinya.
Beberapa tokoh lain yang dibuat kecewa, ada Andi Wijayanto. Kader PDIP yang sempat jadi Menteri Sekretaris Kabinet dan kemudian Gubernur Lemhanas, tapi kemudian mengundurkan diri setelah melihat perubahan perilaku sang presiden.
Sebenarnya, Jokowi itu kata Andi adalah produk demokrasi. Tetapi ulahnya sekarang telah membuat demokrasi kita menjadi mendung.