“Mohon maaf kami menanggalkan baju kebanggaan ini. Kami kecewa kepada Jokowi atas sikap dan langkahnya akhir akhir ini” kata mereka dalam acara lepas baju tanggal 22 Oktober 23.
Kabarnya mereka mengalihkan dukunganya kepada Ganjar-Mahfud.
Survei terakhir menunjukan paslon nomor 3 itu sekarang mengantongi elektabilitas 60%. Masyarakat Jawa Tengah rupanya mulai menyadari zigzagnya langkah Jokowi. Semua yang dilakukannya tentu demi sukses dan kemenangan sang putra (GRR).
Kemarin, belalak mata orang karena heran dan terkaget kaget, bertambah banyak lagi. Pasalnya tiba-tiba, Jokowi menyebut bahwa para menteri, kepala daerah, bahkan presiden boleh kampanye dan boleh memihak.
Itu pernyataan yang berbanding terbalik dengan pernyataan 3 bulan sebelumnya yang justru meminta mereka netral.
Langkah (panik ?) lainnya dikabarkan Jokowi ketemu Surya Paloh. Menurut prediksi kemungkinan Jokowi mengajak paslon 1 bergabung dengan paslon 2 jika satu putaran gagal.
Pilpres dua putaran itu sangat mungkin terjadi mengingat elektabilitas Pragib (Prabowo-Gibran) pasca 4 kali debat stagnan dibawah 46. Bahkan cenderung menurun.
Lalu ada kabar pula, katanya Jokowi juga minta bertemu Megawati. Ramalan politik pun segera menyebar. Katanya tujuannya sama, jika yang masuk putaran kedua itu pasangan nomor urut 2 dan 1, maka paslon 3 yang diajak bareng bareng ngroyok paslon 1.
Wallahu alam. Yang pasti, Jokowi dimata banyak orang, kini telah benar benar panik. Dia tak mau sang anak kalah. Itu aib baginya. Itu berarti dia gagal membangun dinasti. Itu berarti dia akan jauh dari lingkar kekussaan dan keberlanjutan.
Ada peribahasa sunda yang pantas dianalogkan kepada Jokowi. Babasan sunda itu berbunyi; “wiwirang di kolong catang, nya gede nya panjang”. Artinya, itu kejadian yang sangat memalukan.